Dominator Baru & Transfer Gemilang: MotoGP Sedang Berubah Wajah

1. Marc Márquez – Raja Aragon Tanpa TandingMarc Márquez menunjukkan dominasi mutlak di Grand Prix Aragon (6 Juni 2025), mencetak ‘grand slam’—pole position, kemenangan sprint, dan kemenangan utama. Ia menjadi pembalap pertama sejak 2015 yang berhasil meraih ketiganya dalam satu akhir pekan. Podium juga dikuasai sepenuhnya oleh Ducati, dengan Alex Márquez di posisi kedua dan Francesco Bagnaia di ketiga. Dengan hasil ini, Marc memimpin klasemen kejuaraan dengan selisih 32 poin dari sang adik, Alex Márquez. Tekanan pun mulai meningkat bagi rival-rivalnya, terutama Bagnaia.  2. Tahun yang Sulit Bagi Bagnaia Francesco Bagnaia mengalami masa-masa sulit sepanjang GP Aragon. Ia mengeluhkan ban depan yang sering mengalami 'lock' dan kendala understeer pada motornya, yang memengaruhi performanya di lintasan. Spekulasi mulai muncul bahwa Ducati harus melakukan pembaruan signifikan terhadap motor GP25 demi mengembalikan konsistensi…
Read More

Pemain Underrated versi AC Milan, Siapa Saja?

Dalam dunia sepak bola, tidak semua pemain datang dengan embel-embel bintang atau label mahal. Namun, AC Milan punya sejarah menarik: beberapa pemain yang awalnya dipandang sebelah mata justru mampu memberikan kontribusi luar biasa dan menjadi sosok penting di San Siro. Inilah lima pemain yang dianggap "biasa", namun bersinar luar biasa saat membela I Rossoneri.1. Massimo Ambrosini Dribble-nya tidak sebagus Kaka, Passing dan vision-nya tidak sebagus Seedorf tetapi dia justru menjadi gelandang yang menyempurnakan lini tengah AC Milan.  Kemampuannya membaca permainan membuatnya menjadi bagian penting di lini tengah selama lebih dari satu dekade. Ia bahkan dipercaya menjadi kapten setelah era Maldini berakhir.2. Daniele BoneraBonera harus menerima takdirnya, bermain bersama Maldini dan Nesta. Tetapi pengalaman tetap tidak bisa berbohong. Bek yang sering jadi bahan lelucon fans karena kesalahannya, Bonera justru memiliki peran penting dalam kedalaman skuad…
Read More

UKMK Pencak Silat UIN Raden Fatah Palembang Raih 6 Medali Sekaligus pada Kejuaraan Pencak Silat IPSI Ogan Ilir Open II Tingkat Kabupaten Ogan Ilir

HUMAS -- UINRF --- Unit Kegiatan Mahasiswa Khusus (UKMK) Pencak Silat Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang kembali menunjukkan prestasi yang membanggakan dalam ajang Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Ogan Ilir Open II Tingkat Kabupaten Ogan Ilir yang diselenggarakan pada tanggal 13 Juni 2025 di Padepokan PSHT Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Ilir.Tim Pencak Silat UIN Raden Fatah berhasil meraih total 6 medali, yang terdiri dari 2 Emas, 3 Perak dan 1 Perunggu. "Merasa bangga dengan pencapaian yang diraih atlet-atlet dan berharap untuk kedepannya dapat melanjutkan prestasi mereka kejenjang yang lebih tinggi dan dapat menjadi motivasi bagi banyak orang". Ujar Zulpadli Lubis Ketua Umum UKMK Pencak Silat UIN Raden Fatah Palembang.  Di antara pemenang yang membanggakan tersebut adalah Rahman Chaniago Mahasiswa Program Studi Politik Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, menang…
Read More

teknik melempar cakram

Teknik melempar cakram (dalam olahraga atletik) memerlukan kekuatan, koordinasi, dan teknik yang tepat agar lemparan menjadi maksimal dan sah. Berikut adalah teknik dasar melempar cakram:1. Posisi Awal (Persiapan) Berdiri di dalam lingkaran lempar (diameter 2,5 meter).Kaki dibuka selebar bahu. Pegang cakram dengan tangan dominan. Cakram diletakkan di telapak tangan dengan jari-jari merentang di tepi cakram.Lengan yang memegang cakram diayunkan perlahan ke depan dan belakang untuk memulai ritme.2. Awalan (Putaran Tubuh) Badan mulai melakukan putaran untuk menghasilkan momentum. Kaki diputar sambil menjaga keseimbangan (biasanya dua kali putaran kecil).Fokus pada koordinasi antara gerakan kaki, pinggul, dan lengan.3. Lemparan (Release) Saat mencapai puncak momentum, cakram dilepaskan ke arah sektor lemparan (34,92).Tangan memutar cakram saat melepaskannya untuk memberi spin agar stabil di udara.* Lemparan dilakukan dengan mendorong lengan ke atas dan ke depan.4. Gerakan Akhir (Follow Through)*…
Read More

Al Ahly vs Inter Miami: Gemuruh 61.000 Penonton di Panggung Global Club World Cup 2025

Pertandingan pembuka FIFA Club World Cup 2025 antara Al Ahly vs Inter Miami yang berlangsung pada Sabtu, 14 Juni 2025 di Hard Rock Stadium, Miami Gardens, berakhir tanpa gol. Namun, skor kacamata itu bukan cermin dari minimnya drama-justru sebaliknya. Laga ini menjadi titik temu dua dunia: tradisi panjang sepak bola Afrika dan glamor modern MLS yang dipersonifikasi Lionel Messi.Dua Dunia, Satu LapanganAl Ahly, raksasa Mesir yang juga dikenal sebagai "Klub Abad Ini" di Afrika, datang dengan reputasi tangguh dan mental baja di kompetisi kontinental. Sementara Inter Miami tampil sebagai simbol ekspansi kekuatan sepak bola Amerika, dengan Messi sebagai jantung tim dan daya tarik global. Ini bukan sekadar laga pembuka turnamen-ini adalah benturan budaya sepak bola, di mana sejarah bertemu ambisi masa depan. Messi, Magis Tanpa GolLionel Messi, seperti biasa, menjadi…
Read More

Al Aqsa Jogja Gelar Nobar Timnas di Kolam

Al-Aqsa Jogja Gelar Nobar Timnas Indonesia vs China, Kolam Dipadati SuporterYogyakarta -- Suasana penuh semangat membara memenuhi area kolam Al-Aqsa Jogja pada Kamis malam, 5 Juni 2025. Ratusan peserta berkumpul untuk menyaksikan pertandingan penting antara Timnas Indonesia melawan China dalam ajang kualifikasi Piala Dunia zona Asia. Acara nonton bareng (nobar) ini menjadi ajang berkumpul yang seru sekaligus menyatukan semangat nasionalisme di antara mahasiswa dan komunitas yang tergabung dalam Al-Aqsa Jogja. Kegiatan nobar yang dimulai tepat pukul 19.00 WIB ini berlangsung meriah sejak awal. Meski cuaca sempat mendung di sore harinya, tidak menyurutkan niat para penonton untuk datang. Mereka berdatangan sejak pukul 18.00 WIB, duduk bersila di sekitar area kolam, menunggu layar besar menyala dan laga dimulai. Acara ini digagas sebagai bentuk pelepas penat dari rutinitas kuliah dan aktivitas harian. Selain…
Read More

Soft Power Timnas Jepang: Nilai Pendidikan Inspiratif Membangun Generasi Tangguh

Kekalahan telak 0-6 Tim Nasional Indonesia dari Jepang pada laga terakhir Kualifikasi 3 Piala Dunia 2026 pada 10 Juni lalu memang cukup menyakitkan. Meskipun kita sudah memastikan lolos putaran 4 (yang belum tentu lolos piala dunia), hasil tersebut menjadi satu indikasi kuat realitas level timnas kita.Masih adanya gap besar kualitas antara Timnas Garuda dengan Jepang raksasa Asia yang langganan piala dunia ini, bukan sekadar hasil pertandingan semata, melainkan sebuah cermin telanjang yang memaksa kita jujur mengakui bahwa asa besar untuk berprestasi di panggung dunia masih memerlukan fondasi yang jauh lebih kokoh.Tentu dari setiap kekalahan selalu ada hikmah pelajaran, menjadi pemicu sebuah refleksi mendalam: mengapa pemain Jepang begitu tangguh? bagaimana soft power mereka menjadi sulit ditaklukkan? Ini menjadi urgensi bagi Indonesia, tidak hanya berinvestasi pada program jangka pendek seperti naturalisasi ataupun…
Read More

Skor Telak 0-6, Garuda Terpukul, Jepang Lumat Indonesia Tanpa Ampun

Suita, Jepang -- Timnas Indonesia harus menelan kekalahan telak dari Jepang dengan skor 0-6 dalam laga terakhir Grup C putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Pertandingan yang berlangsung di Panasonic Stadium, Suita, Selasa (10/6/2025) malam waktu setempat, memperlihatkan dominasi penuh tim tuan rumah sepanjang laga.Tekanan Tak Terhentikan di Babak Pertama Pada menit ke-15, Daichi Kamada menyundul umpan silang dari Shunsuke Mito untuk membawa Jepang unggul.  Perkelahian di kotak penalti Indonesia oleh Takefusa Kubo empat menit kemudian memperlebar keunggulan. Tak lama sebelum babak pertama berakhir, gol ketiga tercipta.  Setelah menerima umpan presisi dari Kubo, Kamada mencetak gol keduanya pada menit ke-45 plus enam detik.  Babak pertama berakhir dengan skor 3-0. Babak Kedua: Penderitaan BerlanjutSerangan Jepang terus berlanjut hingga babak kedua. Tendangan voli Ryoya Morishita ke tiang jauh pada menit ke-55…
Read More

Badai di Azzurri: Mengapa Panggilan Timnas Adalah Kewajiban Moral?

Sepak bola Italia sedang bergejolak. Sebuah badai menghantam tim nasional, yang kerap dijuluki Azzurri, meninggalkan kekacauan dan kebingungan di tengah persiapan krusial. Pemecatan Luciano Spalletti, pelatih yang baru saja menukangi tim, menjelang laga kualifikasi Piala Dunia melawan Moldova, adalah pemicu awal.  Namun, yang lebih mencemaskan adalah sulitnya Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menemukan pengganti yang bersedia mengambil alih kemudi.  Situasi ini bukan sekadar krisis teknis; ini adalah krisis moral, yang menuntut refleksi mendalam tentang makna pengabdian bagi negara.Saya mengamati dengan prihatin ketika Claudio Ranieri, yang semula menjadi target utama, memilih menolak tawaran tersebut. Keputusan ini, tanpa bermaksud menghakimi, memicu pertanyaan besar: Mengapa seorang pelatih papan atas menolak kesempatan emas untuk memimpin tim nasionalnya sendiri? Bukankah ini adalah puncak karier bagi banyak pelatih, sebuah kehormatan yang tak ternilai? Bisikan Hati Seorang Legenda: Panggilan untuk…
Read More

Indonesia dan Kemustahilan

Indonesia memang dicukur habis oleh Jepang 6-0 kemarin, tetapi kita tidak dapat menafikan bahwasannya Indonesia mengalami peningkatan performa yang signifikan. Indonesia telah membawa harga diri bangsa dan juga tim Asia Tenggara melalang buana di kancah dunia. Lantas, siapa sangka Indonesia yang melaju dari ronde satu bisa bertahan hingga saat ini (zona empat)? Kalo bukan kita, siapa lagi.Berat rasanya berekspetasi lebih tatkala tim sedang dalam status yang gonjang-ganjing. Beragam memori kelam juga kerap selalu membayangi Timnas Indonesia. Tatkala sedang dalam fase yang goyah sehabis didiskualifikasi di kualifikasi Piala Dunia 2016 karena sanksi dari FIFA ke PSSI, Indonesia tidak dapat berbuat banyak di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Alhasil Indonesia asuhan Simon McMenemy & Shin Tae Yong harus menutup kualifikasi zona dua Piala Dunia 2022 dengan perolehan satu poin.Ya, walaupun bukan fans Timnas…
Read More