

Setiap kali tim nasional sepak bola bertanding, euforia seolah melanda seluruh penjuru Tanah Air. Stadion penuh, layar raksasa di mana-mana, hingga trending topic di media sosial. Sorotan media dan perhatian pemerintah pun tak kalah masif. Namun, di balik riuhnya gelaran si kulit bundar, ada suara-suara lirih dari ribuan atlet cabang olahraga (cabor) lain yang juga berjuang, berkeringat, dan mengukir prestasi demi Merah Putih. Pertanyaannya: mengapa nasib mereka seringkali luput dari perhatian negara dan masyarakat, seolah podium hanya disediakan untuk sepak bola saja?
Fenomena “sepak bola-sentrisme” ini menjadi isu yang hangat diperbincangkan, terutama ketika atlet dari cabor lain tiba-tiba muncul dengan medali emas dari ajang internasional, namun kisah perjuangan dan kesejahteraan mereka tak sepopuler gol tunggal di lapangan hijau.
Cabor Lain Pun Berprestasi, Tapi Mengapa Minim Sorotan?
Indonesia memiliki talenta luar biasa di berbagai cabor: bulutangkis yang selalu jadi andalan, angkat besi yang konsisten menyumbang medali Olimpiade, panahan, voli, hingga pencak silat yang mendunia. Mereka membawa harum nama bangsa, mengibarkan Merah Putih di kancah internasional. Namun, seringkali perhatian yang mereka dapatkan hanya sebatas saat mereka meraih medali. Setelah itu, senyap.
Mengapa ini terjadi?
- “Sepak Bola-Sentrisme”: Ini adalah akar masalahnya. Sepak bola punya basis massa terbesar, sehingga menarik sponsor besar, investasi media masif, dan perhatian politik yang tak terhindarkan. Cabor lain, meskipun punya potensi besar, seringkali kesulitan bersaing dalam hal popularitas dan alokasi dana.
- Kurangnya Pembinaan Berjenjang: Dana dan perhatian yang minim berimbas pada kurangnya fasilitas latihan yang memadai, pelatih berkualitas, dan program pembinaan berjenjang yang berkelanjutan dari usia dini.
- Kesejahteraan Atlet yang Tidak Merata: Banyak atlet cabor lain yang hidup dalam kondisi pas-pasan, bahkan setelah meraih prestasi. Penghasilan tidak stabil, bonus tidak seberapa, dan jaminan hari tua nyaris tidak ada.
- Birokrasi dan Transparansi: Isu alokasi dana pemerintah untuk olahraga seringkali terganjal birokrasi yang rumit atau bahkan isu korupsi, membuat dana tidak sampai optimal ke tangan atlet atau pembinaan cabor.
Dampak Buruk Kesenjangan Perhatian Ini
Kesenjangan perhatian ini berakibat fatal pada ekosistem olahraga nasional:
- Minat Anak Muda Menurun: Potensi bibit atlet dari daerah-daerah enggan menekuni cabor tertentu karena melihat masa depan yang tidak jelas bagi seniornya. Mereka lebih memilih bidang yang lebih menjanjikan.
- Brain Drain Atlet: Atlet-atlet berprestasi, terutama di cabor individu, seringkali tergoda untuk pindah ke negara lain yang menawarkan fasilitas latihan, jaminan finansial, dan program pasca-karier yang lebih baik.
- Stagnasi Prestasi Internasional: Tanpa dukungan merata, Indonesia akan kesulitan bersaing di level global. Kita mungkin hanya bisa berharap pada “keajaiban” dari beberapa individu, bukan sistem pembinaan yang kuat.
- Frustrasi Atlet & Keluarga: Beban moral dan finansial yang ditanggung atlet serta keluarga mereka seringkali tak terbayar lunas oleh medali semata.
Jalan Keluar: Membangun Podium untuk Semua Cabang Olahraga
Untuk memastikan nasib atlet cabor lain mendapatkan perhatian yang layak dan Indonesia bisa berprestasi di semua lini, dibutuhkan solusi praktis dan sudut pandang baru:
- Membangun Dana Abadi Olahraga yang Transparan: Pemerintah bersama swasta bisa membentuk dana abadi yang dikelola secara profesional dan transparan. Dana ini bukan hanya untuk bonus, tapi juga untuk jaminan hidup atlet, asuransi, dan pembinaan berjenjang di seluruh cabor.
- Program Reskilling & Pekerjaan Pasca-Karier: Kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta untuk melatih atlet dengan skill baru (misalnya digital marketing, manajemen olahraga, kepelatihan) dan menyediakan lapangan kerja setelah mereka pensiun dari dunia atletik.
- Pemerataan Fasilitas & Pembinaan di Daerah: Dana harus dialokasikan secara adil untuk pembangunan atau renovasi fasilitas latihan yang memadai di seluruh daerah, tidak hanya terpusat di kota besar. Program talent scouting dan development harus digalakkan.
- Sistem Beasiswa Atlet yang Menyeluruh: Memberikan beasiswa pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi untuk atlet berpotensi, sehingga mereka memiliki “rencana B” jika karier atletiknya tidak berjalan mulus.
- Pendekatan “Industri Olahraga”: Olahraga harus dilihat sebagai industri yang dapat menciptakan nilai ekonomi. Ini mencakup pengembangan media, merchandise, sport tourism, dan sponsorship yang tidak hanya bergantung pada dana APBN atau sepak bola saja.
- Peran Media yang Adil: Media massa memiliki peran besar untuk lebih adil dalam memberikan exposure kepada semua cabor, tidak hanya yang populer. Sajikan cerita inspiratif atlet dari cabor apapun.
- Partisipasi Publik dan Swasta: Masyarakat dapat berpartisipasi aktif melalui donasi atau sponsorship langsung ke cabor atau atlet tertentu. Perusahaan swasta juga bisa lebih banyak mengadopsi cabor atau atlet untuk program CSR mereka.