Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain total dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /www/indo/38.181.62.195/wp-includes/functions.php on line 6121
Orkestrasi J.League dan Liga 1: Ekspektasi Jepang dan Mimpi Indonesia Menatap Piala Dunia 2026 – mahjong ways

Orkestrasi J.League dan Liga 1: Ekspektasi Jepang dan Mimpi Indonesia Menatap Piala Dunia 2026

Di balik sorak sorai penonton dan gemuruh stadion, tersimpan kerja senyap yang tak kalah penting: orkestrasi liga domestik dalam membentuk tim nasional. Bagi Jepang dan Indonesia, dua negara dengan latar belakang sepak bola yang sangat berbeda, peran liga dalam membentuk timnas bukan sekadar soal kompetisi. Ia adalah jantung dari proyek panjang bernama “mimpi ke Piala Dunia”.

Mari kita mulai dari negeri sakura. Jepang, yang sudah lima kali berturut-turut lolos ke Piala Dunia sejak 1998, tidak tiba di titik itu secara kebetulan. Mereka membangun segalanya secara sistemik. J.League yang lahir pada 1993 bukan hanya kompetisi antarklub, melainkan pabrik besar talenta yang terintegrasi langsung dengan cita-cita tim nasional. J.League bukan hanya tentang menang-kalah, tapi juga tentang pembinaan, kurasi, dan konsistensi.

Bandingkan dengan Indonesia. Liga 1—yang kini berada di bawah pengelolaan PT LIB—memang sudah mulai menemukan bentuk profesionalnya. Klub-klub makin sehat secara bisnis, stadion makin rapi, bahkan tayangan siaran sudah sekelas internasional. Tapi bagaimana dengan peran Liga 1 dalam membentuk timnas? Di sinilah ceritanya menjadi menarik.

J.League: Mesin Pembentuk Samurai Biru

Jepang sangat serius soal orkestrasi antara liga dan timnas. Salah satu tokoh penting di balik ini adalah Takeshi Okada, pelatih yang membawa Jepang ke Piala Dunia 1998 dan 2010. Ia pernah mengatakan bahwa keberhasilan timnas tak mungkin terjadi tanpa dukungan liga yang sehat dan terorganisir. Dalam struktur J.League, bahkan ada regulasi khusus yang mendorong klub untuk mempromosikan pemain muda lokal, termasuk batas jumlah pemain asing.

Hasilnya? Nama-nama seperti Takefusa Kubo, Kaoru Mitoma, hingga Ritsu Doan bukan muncul dari ruang hampa. Mereka dilatih, dikawal, dan diberi ruang tumbuh di kompetisi yang ketat namun terukur. Ketika mereka akhirnya “terbang” ke Eropa, mereka sudah matang, sudah punya dasar yang kuat. Bahkan dalam proses seleksi pemain timnas, pelatih Jepang kerap hadir langsung di laga-laga J.League, memastikan bahwa semua keputusan berdasar data dan pengamatan.

Lebih dari itu, federasi Jepang (JFA) punya kurikulum pelatihan usia dini yang terkoneksi langsung dengan klub-klub J.League. Ini bukan hanya soal sepak bola, tapi juga soal mentalitas, gizi, hingga pendidikan. Mereka paham, Piala Dunia bukan ajang one-hit wonder, tapi soal keberlanjutan.

Liga 1: Masih Sibuk Dengan Masalah Dasar

Kini mari menoleh ke Indonesia. Liga 1 memang makin menggeliat. Pemain muda seperti Marselino Ferdinan, Rafael Struick, dan Hokky Caraka mulai mencuri perhatian. Tapi kalau kita bicara sistem, Liga 1 belum benar-benar terhubung dengan timnas dalam skema besar yang berkelanjutan.

Misalnya soal regulasi pemain muda. Memang ada kewajiban memainkan pemain U-23, tapi implementasinya kerap formalitas belaka. Banyak pelatih lebih memilih “memainkan” pemain muda di awal laga, lalu menggantinya di menit ke-10. Tujuannya? Ya sekadar memenuhi regulasi, bukan membina.




HALAMAN :

  1. 1
  2. 2


Mohon tunggu…

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya

Beri Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *