Sebuah Pertandingan, Sebuah Perpisahan, Sebuah Harapan
Minggu, 18 Mei 2025, Stadio Olimpico, Roma. Langit senja menyambut ribuan Romanisti yang memadati stadion, bukan hanya untuk menyaksikan laga antara AS Roma dan AC Milan, tetapi juga untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Claudio Ranieri, pelatih legendaris yang akan mengakhiri kariernya. Pertandingan ini bukan sekadar tentang tiga poin, melainkan tentang emosi, sejarah, dan masa depan.
Pertandingan yang Menggambarkan Dua Nasib Berbeda
AS Roma tampil dominan sejak awal pertandingan. Gianluca Mancini membuka skor pada menit ke-3 melalui sundulan setelah menerima umpan dari Matas Soul. Namun, AC Milan sempat menyamakan kedudukan melalui Joo Flix pada menit ke-39, memanfaatkan bola rebound dari kiper Roma, Mile Svilar. Sayangnya, Milan harus bermain dengan 10 pemain setelah Santi Gimnez menerima kartu merah langsung pada menit ke-21 akibat pelanggaran keras terhadap Mancini. Keunggulan jumlah pemain dimanfaatkan Roma dengan baik. Leandro Paredes mencetak gol kedua pada menit ke-52, dan gol ketiga datang dari Paulo Dybala pada menit ke-78, memastikan kemenangan 3-1 untuk Roma.
Simbol Kesetiaan dan Kebangkitan
Claudio Ranieri, yang kembali melatih Roma pada November 2024, berhasil membawa tim dari zona degradasi ke posisi kelima klasemen sementara, hanya satu poin di belakang Juventus yang menempati posisi keempat. Dalam 19 pertandingan terakhir, Roma tidak terkalahkan, sebuah pencapaian luar biasa yang menunjukkan kepemimpinan dan strategi Ranieri. Sebelum pertandingan, para pendukung Roma memberikan penghormatan dengan tifo besar bertuliskan “Pemimpin Sejati, Romanista Sejati”, menggambarkan rasa cinta dan hormat mereka kepada sang pelatih.
Musim yang Penuh Tantangan
Bagi AC Milan, kekalahan ini menandai akhir musim yang mengecewakan. Setelah kalah di final Coppa Italia dari Bologna dan finis di posisi kesembilan Serie A, Milan dipastikan tidak akan tampil di kompetisi Eropa musim depan. Pelatih Sergio Conceio, yang mengambil alih tim pada Januari, menghadapi berbagai tantangan, termasuk inkonsistensi performa dan tekanan internal. Dalam wawancara pasca-pertandingan, Conceio mengakui bahwa musim ini penuh dengan kesulitan dan menyerukan persatuan dalam tim untuk menghadapi masa depan.
Strategi yang Membawa Kemenangan
Roma memanfaatkan keunggulan jumlah pemain dengan mengontrol penguasaan bola dan memanfaatkan lebar lapangan. Matas Soul menjadi kunci dalam serangan, memberikan umpan-umpan berbahaya dari sisi kanan. Kombinasi antara lini tengah dan depan berjalan mulus, dengan Paredes dan Dybala menunjukkan kreativitas dalam membongkar pertahanan Milan. Di sisi lain, Milan kesulitan menyesuaikan formasi setelah kehilangan satu pemain, dan upaya mereka untuk menyamakan kedudukan terhalang oleh pertahanan solid Roma.
Emosi di Tribun: Sepak Bola sebagai Cermin Kehidupan