Inilah yang kita nanti-nantikan. Jannik Sinner (Italia) melawan Carlo Alcaraz (Spanyol). Petenis nomor 1 dunia melawan petenis nomor 2 dunia terjadi di final Grand Slam Perancis Terbuka 2025.
Jannik mencapai final tanpa kehilangan satu set pun, dan Carlos juga mendominasi sepanjang dua pekan turnamen di Paris. Jannik memiliki keunggulan dalam hal konsistensi dan mentalitas, Carlos dalam hal mobilitas dan kreativitas. Jannik belum pernah kalah dalam 20 pertandingan grand slam dan telah memenangkan 47 dari 49 pertandingan terakhirnya, tetapi dua kekalahannya terjadi saat melawan Carlos, sang juara bertahan, yang mengalahkannya di lapangan tanah liat hanya tiga minggu lalu di kandangnya, Roma.
Adakah yang lebih menarik dari fakta-fakta itu? Kita tidak tahu siapa yang akan menang? Tapi yang pasti kita akan disuguhi pertarungan tenis level teratas yang fenomenal!
Salah satu final terhebat yang pernah ada, dalam olahraga apa pun. Hasilnya pun fantastis. Carlos mengalahkan Jannik dengan skor 4-6, 6-7 (4), 6-4, 7-6 (4), 7-6 (3) dalam waktu 5 jam 29 menit. Saya menontonnya mulai Minggu malam pukul 21.30 hingga Senin subuh pukul 2.59. Final Roland Garros terlama dalam sejarah, dan baru ada final yang ditentukan melalui tiebreaker race to 10.
Carlos menghasilkan salah satu comeback terhebat saat ia bangkit dari ambang kekalahan setelah kalah di dua set pembuka. Secara ajaib pula Carlos menggagalkan tiga championship point Jannik pada set keempat di game-9. Sesuatu yang melampaui batas kenormalan dunia tenis.
Kita dibuat kagum dengan kedua pemain ini, keduanya atlet sejati, tapi hanya ada satu pemenang di final. Dalam laga maraton, yang menentukan adalah keberanian dan tekad pantang menyerah. Carlos menunjukkan itu, ia lebih berani, lebih bertekad, dan lebih kreatif dengan variasi pukulan-pukulan ajaibnya, seperti voli, slice drop yang bekali-kali menghasilkan poin-poin krusial di momen kritis.
Ketik pukulan forehand keras Carlos tak bisa dikembalikan Jannik, memastikan Carlos menjadi juara lagi! Ia jatuh ke tanah liat merah, tangannya menutupi mata. Kemenangan ajaib yang mempertahankan trofi Perancis Terbuka dan memenangkan gelar Grand Slam kelimanya pada usia 22 tahun.
Drama berlanjut pada saat trophy ceremony. Andre Agassi, mantan petenis flamboyan yang memenangkan trofi ini pada tahun 1999, hadir untuk memberikannya kepada Carlos dan Jannik.
Sungguh suatu kehormatan bagi mereka berdua. Jannik dengan jiwa besar mengucapkan selamat kepada Carlos, berterima kasih kepada semua pihak termasuk ball boy yang menatapnya dengan penuh inspirasi. Ia juga berbicara tentang betapa hebatnya Paris. Jannik pasti akan bangkit, ia diyakini akan memenangkan trofi itu nanti.
Kemudian giliran Carlos yang menerima trofi “Musketeer”, yang dipegangnya tinggi-tinggi, dengan ekspresi serius, kemudian memeluk erat, dan menciumnya, selanjutnya lagu kebangsaan Spanyol dikumandangkan. Dia adalah pencipta sejarah.