Langit Osaka tampak mendung bagi Timnas Indonesia pada Selasa malam, 10 Juni 2025. Dalam laga penutup babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, skuad Garuda harus menelan pil pahit usai dibantai Jepang dengan skor mencolok 0-6 di Stadion Suita. Meskipun kekalahan ini tidak memengaruhi kelolosan Indonesia ke babak keempat, luka yang ditinggalkan tetap menganga. Bukan hanya karena skor besar, tetapi juga karena terlihat jelas betapa jauhnya jarak kualitas antara kita dan salah satu raksasa Asia tersebut.
Dominasi Total Samurai Biru
Sejak menit pertama, Jepang sudah menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar unggulan. Mereka adalah tim yang telah matang, terstruktur, dan nyaris tanpa cela. Mereka menekan tinggi, mengalirkan bola cepat, dan memanfaatkan setiap ruang kosong dengan cerdas. Daichi Kamada tampil luar biasa, mencetak dua gol yang memperlihatkan teknik dan insting kelas dunia. Takefusa Kubo, bintang muda Real Sociedad, juga mencatatkan namanya di papan skor.
Tim asuhan Hajime Moriyasu seolah tak memberi napas untuk Marselino dkk. Statistik bicara jelas: Jepang menguasai hampir 70% penguasaan bola dan melepaskan lebih dari 20 tembakan ke gawang. Bandingkan dengan Indonesia yang hanya mencatat dua tembakan tepat sasaran sepanjang laga.
Tiga Dosa Besar Tim Garuda
Apa yang membuat kekalahan ini begitu telak? Ada tiga faktor utama yang tak bisa diabaikan.
1. Lubang Menganga di Sektor Kanan
Pertahanan sisi kanan Indonesia menjadi ladang empuk serangan Jepang. Kevin Diks yang mengisi posisi ini tampak kerepotan menghadapi kecepatan dan teknik Kubo. Gol pertama tercipta dari serangan di sisi ini yang berujung pada gol bunuh diri Justin Hubner. Koordinasi yang lemah dan kurangnya dukungan dari lini tengah membuat sisi ini terus dibombardir.
2. Blunder Fatal Maarten Paes
Penampilan debut kiper naturalisasi Maarten Paes yang semula diharapkan bisa jadi tembok terakhir yang tangguh malah ternoda oleh blunder krusial. Pada gol ketiga Jepang, Paes salah memberi umpan di area berbahaya, yang langsung dimanfaatkan Hidemasa Morita. Di level internasional, kesalahan seperti ini bisa sangat fatal—dan memang terbukti demikian.
3. Terlalu Cepat Kehilangan Bola
Indonesia kesulitan mengontrol permainan. Transisi dari bertahan ke menyerang tampak kaku, bahkan beberapa kali pemain kehilangan bola secara gampang di tengah lapangan. Jepang memanfaatkan itu dengan sangat efisien, langsung melancarkan serangan balik cepat yang mematikan.
Suara Jujur Shin Tae-yong
Pelatih Shin Tae-yong tidak banyak berdalih. Dalam konferensi pers seusai laga, pelatih asal Korea Selatan itu mengakui bahwa Jepang bermain dengan level berbeda. “Pressing mereka sangat intens dan sistem permainan mereka sudah terbentuk dengan rapi. Kita kalah dalam segala aspek hari ini,” ujarnya dengan nada datar tapi jujur.