Pertandingan sepak bola sering kali dianggap sebagai ajang hiburan atau perebutan tiga poin. Namun dalam beberapa laga tertentu, skor akhir hanya menjadi simbol permukaan dari cerita yang jauh lebih kompleks. Demikianlah yang terjadi pada pertandingan Yordania vs Irak 0-1 di babak lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, yang digelar pada 10 Juni 2025 di Amman International Stadium.
Gol tunggal Sajjad Jasim pada menit ke-77 memang menjadi penentu kemenangan Irak, tapi pertandingan ini menyimpan makna yang lebih dalam: tentang perjuangan, harga diri, identitas, dan harapan dua bangsa Timur Tengah yang telah lama menempatkan sepak bola sebagai cerminan kehidupan mereka.
Bukan Sekadar Pertandingan, Ini Panggung Geopolitik Kecil
Dalam iklim politik Timur Tengah yang kompleks, laga Yordania vs Irak bukan hanya soal lolos atau tidaknya ke babak selanjutnya. Ini juga tentang simbol persaingan antar bangsa dengan latar sejarah yang panjang.
Yordania, negara yang selama ini dikenal sebagai simbol stabilitas di kawasan, menghadapi tekanan tinggi dari publik dalam negeri yang haus akan kejayaan. Di sisi lain, Irak-yang sejak invasi 2003 terus mencari jati diri nasionalnya-menjadikan sepak bola sebagai salah satu sarana rekonsiliasi dan pemulihan identitas.
Maka ketika Sajjad Jasim mencetak gol kemenangan, sorak sorai di Baghdad bukan hanya karena Irak menang atas Yordania, tetapi karena mereka menang atas keraguan, atas luka-luka sejarah yang belum sepenuhnya sembuh.
Sajjad Jasim dan Narasi Pahlawan Baru
Nama Sajjad Jasim mungkin belum setenar Mahmoud Al-Mawas atau Ali Mabkhout di kancah Asia Barat, tapi gol yang ia cetak malam itu bisa jadi awal dari legenda baru. Ia bukan sekadar pencetak gol, tapi personifikasi harapan rakyat Irak: muda, berani, dan tak mengenal kata menyerah.
Di tengah tekanan puluhan ribu suporter tuan rumah dan permainan keras khas Timur Tengah, Jasim tampil tenang. Golnya bukan hanya hasil dari taktik matang pelatih Jess Casas, tapi juga buah dari keyakinan yang tumbuh dari generasi baru Irak: bahwa masa depan bukan untuk ditakuti, melainkan untuk dimenangkan.
Yordania: Antara Frustrasi dan Introspeksi
Kekalahan ini pahit bagi Yordania. Mereka tampil dominan di beberapa fase, menciptakan peluang, tapi tak mampu mengonversi menjadi gol. Terlihat jelas frustrasi dari para pemain, terutama striker Musa Al-Taamari, yang berkali-kali terisolasi di lini depan.