Ketika peluit panjang dibunyikan di City Ground, Nottingham, malam itu, seluruh jagat sepak bola Inggris seolah terdiam.
Skor akhir terpampang jelas: Inggris 1, Senegal 3.
Bukan sekadar angka-itu adalah tamparan telak bagi tim yang digadang-gadang sebagai raksasa sepak bola Eropa. Tapi di balik kekalahan itu, tersimpan narasi penuh pelajaran, kejutan, dan refleksi mendalam tentang wajah sepak bola global saat ini.
Sebuah Awal yang Menjanjikan
Laga dimulai dengan intensitas tinggi. Inggris tampil agresif sejak menit pertama, dan tak butuh waktu lama bagi Harry Kane untuk membuka keunggulan pada menit ke-7. Dukungan publik tuan rumah memekakkan telinga, seolah kemenangan sudah di depan mata. Namun, Senegal datang bukan sebagai tamu biasa-mereka datang membawa harga diri, teknik tinggi, dan ambisi untuk mengguncang dominasi lama.
Senegal dan Simbol Kebangkitan Global Selatan
Senegal tampil bukan sekadar untuk bertahan. Dengan komposisi pemain muda dan disiplin taktik yang luar biasa, mereka perlahan mencuri momentum. Ismala Sarr menyamakan skor di menit ke-40 melalui serangan balik cepat yang memperlihatkan rapuhnya lini tengah Inggris. Kemudian, Habib Diarra membawa Senegal unggul di menit ke-62, dan Cheikh Sabaly mengunci kemenangan di menit 90+3.
Apa makna dari skor ini? Ini adalah simbol kebangkitan sepak bola dari Global Selatan. Negara-negara Afrika kini bukan lagi penggembira, melainkan penantang sah yang mampu mempecundangi tim-tim elite dunia. Dengan pembinaan usia muda yang semakin baik dan diaspora pemain yang tersebar di liga-liga top Eropa, Senegal membuktikan bahwa mereka pantas diperhitungkan di panggung global.
VAR, Kontroversi, dan Frustrasi
Momen penting terjadi di menit ke-83 ketika Jude Bellingham sempat menyarangkan bola ke gawang Senegal dan membuat skor menjadi 2-2. Sayangnya, VAR menganulir gol tersebut karena pelanggaran tangan dalam proses build-up. Keputusan ini memicu kontroversi, tidak hanya di stadion, tapi juga di jagat maya. Inggris merasa dicurangi, namun dalam analisis netral, keputusan VAR memang akurat.
Namun, apakah Inggris benar-benar hanya bisa menyalahkan teknologi? Atau sudah saatnya mereka merenungi kelemahan mereka sendiri?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!