Lisabon, Paris, dan sekarang panggung dunia. Nama Nuno Mendes kini bukan sekadar bek kiri muda penuh potensi-ia adalah simbol regenerasi sepak bola Portugal dan ancaman nyata bagi para winger elit dunia. Di usia 22 tahun, Mendes bukan hanya terbang tinggi bersama Paris Saint-Germain, tapi juga mengukuhkan diri sebagai salah satu full-back terbaik di planet ini.
Dari Sporting ke PSG: Evolusi Seorang Maestro Sayap
Lahir di Sintra, Portugal, Nuno Alexandre Tavares Mendes meniti karier dari akademi Sporting Lisbon, klub yang juga melahirkan Cristiano Ronaldo dan Luis Figo. Tak butuh waktu lama baginya untuk mencuri perhatian: debut profesionalnya pada usia 17 tahun langsung mengguncang Liga Primeira.
PSG, yang haus akan darah muda berbakat, memboyongnya pada 2021. Dan kini, setelah memperpanjang kontrak hingga 2029, klub Paris itu tampaknya sadar bahwa mereka tengah memegang salah satu aset paling berharga dalam sepak bola modern.
Panggung Eropa: Final UEFA Nations League 2025, Momen Kelahiran Legenda
Jika ada satu malam yang merangkum kebesaran Nuno Mendes, maka itu adalah Final UEFA Nations League 2024/25 melawan Spanyol. Dalam laga yang menuntut kecermatan, stamina, dan kecerdasan taktikal, Mendes tampil sebagai bintang. Ia mencetak gol penyeimbang, memberi assist kepada Ronaldo, serta meredam total pergerakan sensasional Lamine Yamal-yang oleh banyak pihak disebut sebagai “Messi baru”.
Komentarnya pascalaga, “I cancelled out Lamine,” bukanlah kesombongan, tapi sebuah kebenaran pahit bagi La Roja.
Lebih dari Sekadar Bek: Evolusi Taktikal dan Mentalitas Pemenang
Di bawah asuhan Luis Enrique dan Christophe Galtier, Nuno Mendes telah bertransformasi dari full-back konvensional menjadi hybrid winger-defender. Kemampuannya membaca ruang, kecepatan transisi, serta akurasi crossing membuatnya sekelas dengan legenda seperti Marcelo atau Alphonso Davies.
Yang membedakannya? Mentalitas. Ia tidak takut menghadapi bintang besar. Ia tidak gentar di laga besar. Ia hidup untuk momen itu.
Ballon d’Or: Realita atau Harapan Gila?