Final NBA 2025 akan segera berlangsung. Dua tim yang tumben sama-sama bermain atraktif dipastikan akan bermain antara empat hingga tujuh game (dalam format best of seven) yang pertandingan pertamanya akan dilaksanakan, pada pagi waktu Indonesia, tepat saat hari raya.
Meski berbeda gaya, permainan atraktif bukan hal baru bagi keduanya. Permainan atraktif Indiana Pacers boleh dibilang bersumber dari gaya permainan cair yang diperkenalkan kompetisi Asosiasi Basket Amerika (ABA) yang memang lebih dulu mengadopsi permainan tiga angka dan aturan pembatasan shot clock. Bahkan di liga yang kelak melebur dengan NBA pada tahun 1976 tersebut, Pacers turut meraih gelar juara pada tahun 1970, 1972, 1973, plus satu final pada tahun 1975. Sedang permainan Seattle Supersonics (Sonics) yang kelak dikenal sebagai Oklahoma City Thunder (OKC) sejak tahun 2007, yang awalnya terkesan lebih kaku, merupakan cerminan permainan konservatif NBA di eranya, yang terbukti membawa Sonics melaju ke final 1978 dan gelar juara tepat setahun setelahnya.
Seperti lazimnya tim-tim NBA, identitas dari sebuah tim biasanya bukan hanya menjadi panduan bagi pihak manajemen dalam membangun skema permainan yang ingin diperagakan, baik itu lewat draft, pertukaran pemain (trade), atau bahkan free agency, tetapi kadang menjadi referensi bagi tim lain yang ingin mendatangkan pemain dari tim tersebut untuk memberi warna berbeda bagi permainan tim mereka sendiri, tanpa mengubah ciri permainan tim itu sendiri.
Menariknya, meski teruji mampu beradaptasi dengan permainan NBA yang makin dinamis, identitas dasar Pacers dan Sonics/ OKC yang kadang berseberangan dengan tren yang berkembang saat itu kerap dinilai sebagai biang keladi kurang maksimalnya penampilan kedua tim, terutama ketika bertemu tim-tim yang memang dominan di masanya, sebut saja Chicago Bulls era 1990-an yang diperkuat Michael Jordan pada era 1990-an atau Los Angeles Lakers era Shaquille O’Neal pada dekade 2010-an yang memang sama-sama dihadapi oleh kedua tim di babak-babak yang menentukan.
Meski dinilai tidak terlalu maksimal, lewat prestasi yang tidak berbeda jauh satu sama lain, di tahun yang saling berdekatan tersebut, terhitung sejak berpartisipasi pada liga yang berbeda, kedua tim seolah senantiasa berbagi kegemilangan pada era yang sama. Itu pun dengan catatan, Sonics tidak dihidupkan kembali, berdiri sendiri terpisah dari OKC.
Boleh dibilang, meski berkembang menjadi tim yang makin dinamis dari waktu ke waktu, manajemen Sonics atau OKC terkesan sekadar memilih pemain dari draft urutan-urutan awal yang memang menjadi hak mereka (selama belum dipilih tim lain), tanpa mempertimbangkan permainan yang ingin mereka kembangkan lebih terdahulu.
Meski terkesan asal pilih, pemain yang didraft Sonics atau OKC biasanya bukan hanya dianugerahi ketangkasan (berikut defense prima), tetapi juga skill menembak yang umumnya lebih matang dari sesama rekan seangkatan.
Gaya permainan Rashard Lewis yang Sonics/OKC banget
Berkat skill yang relatif komplet tersebut, para pemain Sonics atau OKC dikenal mampu menekan pertahanan lawan, baik lewat tusukan atau dribel, sebelum diakhiri umpan atau tembakan mematikan, meski dari ruang tembak yang terbilang sempit.
Menariknya, meski dibekali skill yang relatif komplet, gaya permainan Sonics/OKC yang lebih menitikberatkan pada gaya permainan yang lebih ofensif, senantiasa “memaksa” manajemen tim untuk mendatangkan para petarung muda, untuk menjaga keseimbangan tim.