Akhir dari Satu Bab, Awal dari Bab Baru
PSS Sleman, tim sepak bola kebanggaan masyarakat Sleman dan sekitarnya, harus menerima kenyataan pahit terdegradasi dari kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1, setelah performa yang tak kunjung membaik sepanjang musim 2023/2024. Tak lama berselang, manajemen klub secara resmi mengumumkan pembubaran total skuad Liga 1. Keputusan ini bukan hanya menjadi guncangan bagi para pendukung fanatik Super Elja—julukan untuk pendukung PSS—tetapi juga menandai perubahan haluan besar dalam strategi klub.
Namun, di balik langkah menyakitkan tersebut, tersimpan rencana jangka panjang. PSS tidak tinggal diam. Mereka kini sedang mempersiapkan kerangka baru untuk berlaga di Liga 2 musim depan. Pembubaran skuad lama adalah momentum untuk bersih-bersih dan membangun kembali identitas klub dari nol, dengan semangat baru dan fondasi yang lebih kuat.
Pembubaran Skuad: Antara Keniscayaan dan Strategi
Keputusan pembubaran skuad secara menyeluruh memang mengejutkan banyak pihak. Umumnya, klub-klub yang terdegradasi akan tetap mempertahankan sebagian pemain inti untuk menjaga stabilitas tim. Namun, PSS memilih jalur berbeda. Dalam keterangan resminya, manajemen menyatakan bahwa hasil buruk di Liga 1 bukan hanya soal teknis permainan, tetapi juga soal mentalitas, profesionalisme, dan iklim internal yang dianggap sudah tidak sehat.
Menurut CEO PT PSS, Andy Wardhana, keputusan ini diambil melalui pertimbangan panjang. “Kami tidak ingin setengah-setengah membenahi tim. Pembubaran skuad adalah bagian dari pembentukan ulang identitas tim agar lebih profesional, lebih solid, dan lebih sesuai dengan nilai-nilai kebanggaan Sleman,” ujarnya dalam konferensi pers.
Dengan kata lain, pembubaran ini adalah sebuah ‘reset’. Manajemen ingin membangun tim dari dasar, tanpa terbebani oleh warisan masa lalu yang dianggap menjadi salah satu penyebab kegagalan.
Respon Suporter: Antara Kekecewaan dan Dukungan
Keputusan ini tentu menimbulkan reaksi beragam, terutama dari kalangan suporter. Sebagai salah satu basis suporter paling militan di Indonesia, pendukung PSS seperti Slemania dan BCS (Brigata Curva Sud) dikenal vokal terhadap kebijakan manajemen klub. Meski awalnya banyak yang kecewa dengan hasil musim lalu dan keputusan pembubaran skuad, sebagian besar suporter justru mulai melihat ini sebagai langkah awal perubahan.
“Kalau memang ingin bangkit, ya memang harus dibongkar total. Jangan lagi ada pemain yang main tanpa hati,” ujar salah satu anggota Slemania dalam wawancara dengan media lokal.