Ketika Malam di Montilivi Jadi Milik Sorloth
Tak ada yang benar-benar menyangka bahwa malam 25 Mei 2025 di Stadion Montilivi akan menjadi panggung opera penuh kejutan. Girona, tim yang masih berjuang mencari pijakan aman di La Liga musim 2024-25, justru menjadi korban pesta akhir musim dari Atletico Madrid-sebuah tim yang datang tanpa tekanan gelar, namun penuh dengan harga diri yang membara. Skor 0-4 mungkin hanya angka, tapi kisah di baliknya menyimpan lebih dari sekadar statistik.
Girona: Rumah yang Hancur oleh Angin Halus
Sepanjang musim, Girona adalah simbol dari semangat baru di La Liga. Mereka sempat mencuri perhatian dunia ketika menempel Real Madrid di klasemen atas pada awal musim (Guardian, Sept 2024). Namun malam itu, tidak ada keajaiban yang tersisa. Lini pertahanan rapuh, kegugupan kiper muda Vladyslav Krapyvtsov, dan hilangnya konektivitas antar lini membuat Girona seperti tim yang kehilangan jati dirinya.
Pelatih Mchel sempat berharap stadion Montilivi menjadi benteng terakhir, namun Sorloth dan kawan-kawan justru mengoyaknya tanpa ampun dalam lima menit akhir pertandingan. Ini bukan sekadar kekalahan, tapi tamparan psikologis yang bisa berdampak lebih panjang dari yang terlihat.
Simeone: Seni Menang Tanpa Trofi
Diego Simeone datang ke pertandingan ini bukan sebagai pemburu gelar, tapi sebagai seniman kehormatan. Atletico Madrid sudah mengamankan tiket Liga Champions musim depan. Namun bagi Simeone, “tidak ada pertandingan yang tidak penting,” sebagaimana ia katakan dalam konferensi pers sebelum laga (Marca, 24 Mei 2025).
Atletico bermain tenang, presisi, dan efisien. Skema 4-4-2 klasik ala Simeone berubah dinamis ketika Rodrigo De Paul dan Koke menguasai lini tengah. Tapi bintang malam itu tentu saja adalah Alexander Sorloth, yang mencetak hat-trick dalam 25 menit terakhir, mencatatkan salah satu penampilan individu paling memukau musim ini.
Alexander Sorloth: Kisah Pribadi yang Jadi Legenda Malam Itu
Nama Alexander Sorloth bukanlah langganan utama berita utama seperti Mbappe atau Haaland, tapi malam itu, ia adalah maestro. Gol pertamanya datang di menit 68, menyambar umpan matang dari De Paul. Gol kedua dan ketiganya menunjukkan ketajaman seorang striker murni: cerdik, sabar, dan mematikan (ESPN FC, 25 Mei 2025).
Menariknya, Sorloth sempat mengalami masa sulit saat dipinjamkan ke berbagai klub Eropa, dari RB Leipzig hingga Trabzonspor. Namun malam ini, dia menuliskan ulang narasi tentang dirinya sendiri-dari pemain cadangan jadi penentu sejarah. Kisah ini menyentuh banyak pemain muda yang merasa tersisih di klub-klub besar.