Cimahi, 21 Mei 2025 – Dalam sebuah podcast olahraga yang berlangsung hangat di Cimahi, Master Taufik Krisna, mantan atlet sekaligus pelatih nasional Taekwondo, membeberkan rahasia di balik suksesnnya pembinaan atlet muda. Menurutnya, keberhasilan atlet tidak hanya semata-mata ditentukan oleh faktor teknik dan fisik saja, melainkan yang, menjadi fondasi utama terletak pada pembentukan karakter atlet sejak dini.
Master Taufik, yang kini fokus membina atlet muda di klub taekwondo miliknya di Cimahi, menekankan bahwa dirinya bukanlah atlet berbakat sejak awal, melainkan hasil dari kerja keras dan konsistensinya.
“Saya pertama kali bertanding kalah KO. Tapi saya pegang prinsip ‘Never Give Up’. Dari situ saya bangkit, terus berlatih, dan akhirnya bisa jadi juara nasional dari tahun 2000 hingga 2008,” ungkap Taufik.
Dalam sesi wawancara yang dipandu oleh host Renold, Taufik menegaskan pentingnya pembentukan karakter dalam proses pembinaan. Ia merujuk pada konsep “Learn to Sport” pada tahun 2005, yang menyatakan bahwa penguatan karakter adalah fondasi utama dalam membentuk atlet berprestasi.
“Kalau karakter atlet sudah bagus, fisik dan teknik akan mudah terbentuk. Jadi fokus awal saya bukan menang, tapi membentuk attitude dan disiplin,” ujarnya.
Taufik mengibaratkan proses melatih mental atlet seperti memahat. Jika terlalu keras, atlet bisa saja patah semangat. Jika terlalu lunak, hasilnya tidak terbentuk. Oleh karena itu, pendekatan terhadap setiap atlet harus disesuaikan dengan karakteristik pribadi masing-masing atlet.
Selain karakter dan mental, kepercayaan diri juga menjadi aspek penting. Menurutnya, rasa percaya diri dibangun dari sebuah akumulasi “tabungan” dari latihan teknik, fisik, dan taktik yang cukup.
“Kalau tabungan atlet cukup, dia akan percaya diri saat bertanding. Sama seperti orang yang punya uang banyak, pasti percaya diri masuk ke mal mana pun,” kata Taufik.
Ketika membahas soal evaluasi program latihan yang tidak mencapai target, Master Taufik menyampaikan bahwa kesalahan bukan hanya pada atlet, melainkan bisa juga pada metode pelatih itu sendiri. Ia mengajak kepada semua para pelatih untuk lebih reflektif dan terbuka terhadap evaluasi program yang ada.
Salah satu tantangan dalam melatih atlet muda adalah penanganan cedera. Taufik mengingatkan bahwa pentingnya rehabilitasi yang tepat dan keberlanjutan. Menurutnya, cedera di usia muda merupakan hal yang sering terjadi, namun bukan menjadi alasan pelatih untuk meninggalkan atlet tersebut begitu saja. Ia menjelaskan bahwa dengan kemajuan sports science saat ini, penanganan cidera bisa dilakukan secara tepat tanpa harus mengganggu pada area yang cedera, dan latihan tetap bisa dilakukan dengan fokus pada penguatan bagian tubuh lain. “Jangan sampai karena cidera, atlet jadi tidak latihan sama sekali. Sayang, apalagi kalau dia punya potensi besar. Harus tetap dirawat, dibimbing, dan dilatih secara bertahap,” tegasnya. Ia juga menekankan pentingnya peran akademisi dalam merancang program latihan yang aman dan tepat.