Manchester United, klub yang dulu ditakuti di Eropa, sekarang malah ditertawakan di tempat tongkrongan. Dulu katanya “The Red Devils“, sekarang lebih cocok dijuluki “The Red Debils” alias terbully terus. Klub yang dulu ditakuti lawan, kini malah ditertawakan bukan karena prestasi, tapi karena posisi. Ya posisi klasemen yang sungguh mengherankan.
Posisi klasemen MU saat ini tidak layak disandang untuk klub elit, boro-boro papan atas papan tengah saja tidak. MU berada di papan bawah tepatnya peringkat 16. Dan dapat dibilang ini adalah musim terburuk MU pasca era Ferguson.
Dekat dengan Zona Degradasi
Pasca kekalahan dengan Chelsea pada pertemuan terakhir di liga Inggris, membuat mereka semakin anteng di peringkat 16, dua atau bahkan satu strip di atas zona merah. Hal ini kontras terbalik dengan status nama besar mereka yang harusnya bersanding dengan klub-klub besar lain seperti Liverpool, Arsenal, ataupun Chelsea di papan atas, malah berjuang di klasemen bawah agar tidak terdegradasi. Kalau ini terus lanjut sampai pekan terakhir, jangan-jangan musim depan jadi lawan Rotherham United di Championship. Bayangin MU tanding di Stadion mungil, dengan rumput seadanya.
Sepanjang musim 2024/2025 ini, Manchester United hanya mampu 39 poin dari 37 pertandingan. mereka hanya mampu meraih 10 kemenangan dari 37 pertandingan. Tim ini mencetak 42 gol, tapi kebobolan 54 gol, dengan selisih gol minus 12. Bahkan 5 pertandingan terkahir di liga Inggris tanpa meraih kemenangan sama sekali. Bukan statistik klub papan atas ini statistik klub yang sedang berjuang agar tak terdegradasi.
Yang lebih menyedihkan, klub seperti Nottingham Forest, Brentford, hingga Crystal Palace yang secara sejarah dan sumber daya jauh di bawah MU malah mampu berdiri lebih tegak di klasemen. Di mana mental juara yang dulu menjadi DNA klub.
Setan Merah yang Tak Lagi Menyeramkan
Julukannya memang Setan Merah, tapi ya untuk saat ini tidak semenyeramkan itu. 15 tahun lalu mungkin jadi rajanya Inggris, Sekarang? Hanya sekadar penggembira liga. Masa-masa prime MU sepanjang era Ferguson, setiap lawan yang menghadap MU, memandang MU adalah klub sulit dikalahkan. Sekarang berbanding balik setiap lawan MU pasti ada peluang untuk menang.
Tapi uniknya di liga mlempem di Europa League unbeaten. MU memang sering kalah di liga Inggris sendiri bahkan dekat dengan jurang degradasi. Tapi Europa League MU tidak ada catatan kekalahan meskipun di fase penyisihan grup sering mendapatkan hasil seri, dan berhasil lolos sampai final yang akan menghadap tim senegaranya sendiri yakni Tottenham. Lucunya juga Tottenham di premier league berada di peringkat bawah yang juga dekat dengan zona degradasi, posisi Tottenham adalah 17 satu tingkat di bawah MU. Yang patut ditanyakan kok bisa kedua klub yang lagi loyo di liganya bisa sampai final di kompetisi Europa League.
Pertanyaannya: bagaimana bisa dua klub papan bawah malah jadi finalis kompetisi Eropa? Ini kualitas Europa League yang payah, atau kedua klub ini sengaja ngegas di Eropa buat jaga citra, atau setidaknya masih jadi bintang juara untuk para penggemarnya.