Di malam penuh takdir di Olimpico, sejarah ditulis ulang oleh tim yang telah lama tertidur dalam bayang-bayang kejayaan masa lalu. Bologna, klub yang selama dua dekade lebih hanya menjadi pengiring dalam simfoni sepak bola Italia, bangkit dengan elegan dan penuh determinasi. Lewat satu gol semata wayang dari Dan Ndoye, Rossoblu menumbangkan raksasa AC Milan 1-0 dan mengangkat trofi Coppa Italia pertama mereka sejak 1974-dalam kurun waktu 51 tahun.
Inilah kisah epik modern tentang kesabaran, taktik cemerlang, dan kepercayaan kolektif yang akhirnya membuahkan hasil. Kemenangan ini bukan sekadar hasil pertandingan, tetapi sebuah deklarasi: bahwa dalam sepak bola, kejayaan tidak hanya milik mereka yang berkuasa, melainkan juga mereka yang berani bermimpi dan bekerja tanpa henti untuk mencapainya.
Latar Belakang: Klub Bersejarah yang Terlupakan
Bologna bukanlah nama asing dalam buku sejarah Serie A. Di masa lampau, mereka pernah menjadi penguasa Italia-menjuarai tujuh kali Scudetto, terakhir pada 1964. Namun sejak era modern sepak bola bergulir, nama Bologna kerap hanya menjadi figuran. Piala Intertoto 1998 adalah trofi terakhir mereka sebelum malam magis di Roma ini.
Musim 2024/2025 pun tampaknya akan menjadi musim biasa-biasa saja bagi Bologna. Tak ada prediksi yang menyebut mereka sebagai kandidat juara Coppa Italia. Namun di bawah arahan pelatih revolusioner Vincenzo Italiano, Bologna menjadi tim yang tak hanya kompak secara struktur, tapi juga lapar secara mental.
Babak Pertama: Milan Menekan, Bologna Bertahan Tanpa Gentar
Dari awal laga, AC Milan mencoba mendikte permainan. Rafael Leo menjadi motor serangan utama, berkolaborasi dengan Alex Jimenez di sisi kiri. Beberapa peluang tercipta, termasuk aksi Luka Jovic yang nyaris membuka skor andai tidak digagalkan Lukasz Skorupski yang tampil seperti tembok baja di bawah mistar Bologna.
Skorupski, yang kerap diremehkan sebagai kiper papan tengah, tampil memukau dengan penyelamatan refleks cepat yang mengubah momentum pertandingan. Seiring berjalannya waktu, Bologna mulai keluar dari tekanan, meski belum mampu membongkar pertahanan Milan yang dikawal Theo Hernandez dan Fikayo Tomori. Babak pertama pun ditutup dengan skor 0-0, namun ketegangan dan determinasi mulai terlihat jelas dari sisi Bologna.
Babak Kedua: Momen Ndoye, Lahirnya Legenda Baru
Menit ke-53 menjadi titik balik sejarah. Sebuah bola liar yang gagal dibuang dengan baik oleh Theo Hernandez jatuh ke kaki Dan Ndoye. Tanpa ragu, pemain asal Swiss itu menusuk ke jantung pertahanan Milan, mengecoh satu pemain, dan melepaskan tembakan keras yang tak mampu dijangkau Mike Maignan. Olimpico meledak. Ndoye pun menciptakan bukan hanya gol, melainkan momen keabadian.
Gol ini menjadi simbol dari apa yang diperjuangkan Bologna musim ini: mengambil peluang dari kekacauan, dan mengubahnya menjadi mahakarya.