Perjalanan Persewangi Banyuwangi di babak 16 besar Liga 4 Nasional harus dimulai dengan hasil yang kurang menggembirakan. Tim yang menyandang status juara Liga 4 Jawa Timur itu takluk dari Persika Karanganyar dalam laga pembuka mereka di fase grup.
Padahal, harapan sempat menyala terang saat Alfian membuka keunggulan Persewangi di menit ke-28 melalui tembakan keras dari luar kotak penalti. Gol indah itu membuat tribun bergemuruh dan semangat tim kian menggelegak. Sejenak, bayangan kemenangan membentang di langit kompetisi.
Namun, seperti membangunkan singa dari Gunung Lawu yang sedang tidur, keunggulan itu justru memicu kebangkitan garang dari Persika. Dalam tempo 33 menit, semuanya berubah menjadi ironi pahit bagi sang juara dari timur.
Arlandinata menyamakan skor di menit ke-57 lewat sundulan tajam memanfaatkan umpan lambung dari sisi kanan. Hanya empat menit berselang, giliran Haidar NU Afif yang membalikkan keadaan. Berawal dari heading rekan setimnya menyambut umpan silang Roy dari sisi kiri, Haidar membelokkan arah bola dengan kepala dan menaklukkan kiper.
Belum sempat tim besutan Purwanto Suwondo berbenah, Khaiz Rayyan Ithman Alif menambah luka di menit ke-65. Sebuah umpan pendek dari Arlan dituntaskannya dengan tendangan mendatar yang tak mampu dihalau. Dan saat waktu hampir habis, Rayyan kembali menghukum Persewangi. Menerima umpan terobosan di menit 90+2, ia menyambutnya dengan tenang meski kiper Daus sudah keluar dari sarangnya. Bola diceploskan tanpa ragu, menutup pesta Persika dengan skor akhir 4-1.
Persewangi Banyuwangi, sang juara Liga 4 Jatim pun kehilangan pijakan di langkah pertamanya—meski sempat melakukan selebrasi penuh harapan dengan gol pembuka yang membuncahkan semangat. Malang, hasil akhir pertandingan justru membuat mereka tertunduk di dasar klasemen Grup B, terhempas oleh gelombang hasil imbang antara Persic Cilegon dan Persebata Lembata yang menutup laga mereka tanpa sebutir gol.
Namun begitu fase grup belum selesai. Masih ada waktu, masih ada kesempatan. Kisah Pasukan Blambangan belum usai, dan mereka kini dituntut untuk bangkit—bukan hanya bermain, tapi membuktikan bahwa gelar bukan sekadar kenangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI