Langit Wamena membisu, udara dingin pegunungan menyelimuti Stadion Pendidikan, tapi di atas lapangan, tensi membara. Liga 4 Papua Pegunungan dibuka dengan duel sengit antara dua tim penghuni Grup A yang dinakhodai legenda Liga 1 Indonesia. Titus Bonai di sisi Mamteng FC, Oktovianus Maniani di kubu Bumi Baliem FC. Namun, alih-alih laga ketat, pertandingan berubah menjadi demonstrasi kekuatan Bumi Baliem FC yang melibas lawannya dengan skor telak 6-0, Sabtu (22/3/2025) Sore WIT.
Pertarungan Taktik di Babak Pertama
Sejak peluit kick-off dibunyikan, Bumi Baliem langsung mengambil inisiatif. Pola menyerang penuh mereka membombardir pertahanan Mamteng yang lebih memilih bermain menunggu dan mengandalkan counter attack. Namun, strategi bertahan itu justru menjadi bumerang. Kelengahan di lini belakang berulang kali dieksploitasi, hingga tiga gol bersarang ke gawang Mamteng sebelum turun minum.
Okto Maniani, sang juru taktik, terlihat tenang di tepi lapangan. Ia paham betul bagaimana memanfaatkan kelemahan lawan. Kecepatan para pemain sayapnya menjadi kunci dalam membongkar pertahanan Mamteng, sementara lini tengah tampil solid dalam ball possession.
Mamteng FC Berusaha Bangkit, Bumi Baliem FC Justru Mengamuk
Memasuki babak kedua, Mamteng FC mencoba keluar dari tekanan. Titus Bonai yang kini berperan sebagai pelatih terus memberikan instruksi agar anak asuhnya lebih agresif, menyerang dari sisi kanan demi mengejar ketertinggalan. Namun, sayangnya, setiap upaya yang dibangun berakhir sia-sia.
Fokus menyerang, Mamteng justru lengah dalam transisi bertahan. Bumi Baliem FC memanfaatkan celah itu dengan serangan balik cepat yang mematikan. Tiga kali skema ini dilakukan, tiga kali pula bola bersarang ke gawang lawan. Mamteng FC tak berdaya, dan hingga peluit panjang berbunyi, mereka harus menerima kenyataan pahit—sebuah kekalahan telak di laga pembuka.
Bumi Baliem FC Kirim Sinyal Bahaya
Kemenangan meyakinkan ini menjadi pesan tegas bagi kontestan lain di Liga 4 Papua Pegunungan. Bumi Baliem bukan sekadar peserta, mereka datang sebagai calon juara. Dengan permainan yang solid, taktik yang matang, dan efektivitas tinggi di depan gawang, mereka menunjukkan bahwa mereka adalah kekuatan yang harus diperhitungkan.
Bagi Mamteng FC, kekalahan ini menjadi tamparan keras, tetapi juga pelajaran berharga. Liga masih panjang, dan mereka punya kesempatan untuk bangkit. Namun, satu hal sudah jelas—panggung sepak bola di Wamena telah menyaksikan lahirnya calon raja baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI