Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain total dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /www/indo/38.181.62.195/wp-includes/functions.php on line 6121
Branding Diri Ternyata Bisa Datang dari Konsistensi, Bukan Popularitas – mahjong ways

Branding Diri Ternyata Bisa Datang dari Konsistensi, Bukan Popularitas

Dulu saya pikir, olahraga itu ya cuma soal menjaga kesehatan. Asal tubuh gerak, keringetan, dan nggak gampang sakit, itu sudah cukup. Nggak ada ekspektasi lain. Tapi ternyata, seiring waktu dan konsistensi, olahraga—khususnya lari—membawa saya ke arah yang nggak pernah saya bayangkan sebelumnya: membangun branding diri.

Bukan karena saya atlet. Bukan juga karena punya gelar pelatih atau semacamnya. Tapi karena saya tetap berlari… meski usia tak lagi muda.

Berawal dari Yoga dan Renang

Sebelum mengenal dunia lari, saya lebih dulu jatuh cinta pada yoga dan renang. Dua jenis olahraga yang membuat saya merasa terhubung dengan diri sendiri. Yoga memberikan ketenangan—seolah saya bisa mendengar tubuh dan napas saya sendiri. Sementara renang seperti meditasi dalam air. Ada sensasi terapung, tenang, tapi tetap melatih kekuatan tubuh secara menyeluruh.

Dua aktivitas itu sempat menjadi pelarian saya dari rutinitas sehari-hari. Tapi seperti banyak orang lain, kadang hidup berubah. Rutinitas bergeser. Jadwal padat. Kegiatan lain mendominasi. Lama-lama, yoga dan renang mulai saya tinggalkan.

Sampai akhirnya… saya menemukan lari.

Dari Jogging Pelan ke Finish Line Half Marathon

Awalnya saya cuma ingin kembali aktif. Saya nggak punya target besar. Lari terasa fleksibel nggak butuh alat, bisa dilakukan kapan saja, di mana saja. Saya mulai dari jogging santai di sekitar rumah. Nggak ada paksaan, hanya niat buat bergerak lagi.

Kemudian, saya iseng ikut race 5K. Bayar sendiri, daftar sendiri, pergi sendiri. Hanya bermodalkan rasa penasaran. Dan dari situ, saya mulai ketagihan. Suasana race, semangat para pelari, suara tepuk tangan di garis finish… semua bikin saya jatuh cinta.

Dari 5K, saya naik ke 10K. Lalu pelan-pelan mulai menyiapkan diri untuk half marathon pertama. Latihannya nggak mudah. Kadang pagi-pagi masih ngantuk, kadang diguyur hujan, kadang kaki pegal luar biasa. Tapi perlahan, saya belajar menikmati prosesnya.

Dan saat akhirnya bisa menyelesaikan half marathon pertama… rasanya luar biasa. Bukan karena saya pelari tercepat. Tapi karena saya bisa menepati janji pada diri sendiri.

Lari Membuka Pintu Kembali ke Gym dan Yoga

Yang menarik, semakin saya tekun berlari, semakin saya merasa butuh penyeimbang. Dan akhirnya, saya kembali ke yoga. Kali ini bukan hanya untuk fleksibilitas, tapi juga pemulihan.

Gambar dokumen pribadi
Gambar dokumen pribadi




HALAMAN :

  1. 1
  2. 2
  3. 3


Mohon tunggu…

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya

Beri Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *