*Oleh: Wimagatii
Tinjauan Sport Science dan Manajemen Organisasi
Dalam sport science, keberhasilan organisasi olahraga ditentukan oleh beberapa indikator utama: sistem pembinaan berkelanjutan, pendekatan multidisipliner (gizi, psikologi, biomekanik), evaluasi performa berbasis data, dan strategi kompetisi jangka panjang. Semua ini membutuhkan pemimpin yang mengerti dunia olahraga, bukan sekadar pengambil kebijakan populis.
Manajemen organisasi olahraga juga menuntut tata kelola berbasis data dan prinsip merit. Dalam banyak negara yang sukses di bidang olahraga, jabatan strategis seperti Ketua Komite Olahraga selalu diisi oleh profesional olahraga, baik mantan atlet, pelatih, akademisi, maupun manajer olahraga yang telah teruji dalam pengelolaan sistem. Mereka dipilih bukan karena kekuasaan politik, tetapi karena kompetensi dan kredibilitasnya dalam dunia keolahragaan.
Indonesia membutuhkan pemimpin olahraga yang menguasai hal-hal seperti: periodisasi latihan, mekanisme seleksi atlet, evaluasi performa, pengelolaan event kompetitif, penguatan komunitas akar rumput, hingga digitalisasi data pembinaan. Semua itu tidak akan tercapai jika jabatan strategis diserahkan kepada kepala daerah yang bahkan tidak memiliki waktu untuk menyusun laporan kinerja tahunan KONI.
Jalan Keluar: Regulasi, Profesionalisasi, dan Demokratisasi
Menghadapi krisis kepemimpinan dalam tubuh KONI, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah reformasi regulasi. Kementerian Pemuda dan Olahraga bersama DPR RI perlu mengevaluasi kembali celah hukum yang memungkinkan kepala daerah aktif menjabat sebagai Ketua KONI. Revisi terhadap regulasi KONI maupun undang-undang keolahragaan nasional perlu mengatur secara eksplisit larangan rangkap jabatan ini.
Kedua, sistem seleksi kepemimpinan KONI di semua level harus berbasis merit. Aklamasi sebagai metode pemilihan harus dihapuskan karena merusak proses demokratis internal dan menghambat regenerasi. Komite seleksi independen, yang terdiri dari akademisi, praktisi, dan perwakilan atlet, perlu dilibatkan untuk memastikan bahwa calon pemimpin KONI adalah mereka yang memahami prinsip sport science dan manajemen organisasi olahraga.
Ketiga, perlu ada percepatan profesionalisasi di tubuh KONI. Pendidikan manajerial olahraga bagi pengurus KONI harus digencarkan, sistem monitoring dan evaluasi kinerja harus diperkuat, dan koneksi antara KONI dengan perguruan tinggi keolahragaan perlu ditingkatkan. Dunia olahraga harus disatukan dengan dunia ilmu pengetahuan, bukan dengan dunia kekuasaan.
Mengembalikan Muruah KONI dan Membangun Masa Depan