Yongin, Korea Selatan – 11 Juli 2025
Di bawah langit cerah Yongin, satu hal kembali ditegaskan: regenerasi bukan alasan untuk tampil ragu. Dalam pertandingan pembuka mereka di EAFF E-1 Football Championship 2025, Korea Selatan mengalahkan Hong Kong dengan skor 2-0, memperlihatkan wajah baru tim yang tetap garang meski ditinggal nama-nama besar seperti Son Heung-min dan Kim Min-jae.
Babak Pertama: Dominasi Posisi, Gol Efisien
Korea Selatan tampil percaya diri sejak menit awal. Formasi 4-2-3-1 yang mereka terapkan memusatkan serangan dari sayap, memanfaatkan kecepatan dan visi permainan pemain muda Kang Sang-yun. Usaha tersebut terbayar pada menit ke27 ketika Kang memanfaatkan umpan silang mendatar dari Park Seung-ho, melewati dua bek Hong Kong, dan menceploskan bola ke pojok bawah gawang.
Sementara Hong Kong berusaha menahan dengan blok rendah dan pressing setengah lapangan, statistik penguasaan bola berbicara lain: 68% untuk Korea di babak pertama, menurut data SofaScore.
Babak Kedua: Rotasi yang Matang, Gol yang Mematikan
Pelatih Korea, Hwang Sun-hong, tidak menurunkan tempo. Di menit ke60, ia memasukkan Lee Ho-jae, striker jangkung dari klub Pohang Steelers. Hanya enam menit berselang, Lee membayar kepercayaan itu dengan sundulan keras hasil sepak pojok dari Lee Kang-in, membuat skor menjadi 2-0.
Hong Kong mencoba merespons dengan masuknya pemain senior Philip Chan, namun terlalu sedikit terlalu terlambat. Satu-satunya peluang emas mereka datang dari sepakan bebas Helio Goncalves pada menit ke79, yang membentur mistar.
Taktik & Transisi: Taruhan Besar yang Menjanjikan
Ini bukan sekadar kemenangan. Ini adalah sinyal kuat bahwa Korea Selatan serius membangun “Tim Nasional Generasi 2030”. Dalam laga ini, enam pemain berusia di bawah 23 tahun diturunkan sejak awal atau sebagai pemain pengganti-sebuah keberanian tak lazim di turnamen regional kompetitif.
Formasi hybrid antara 4-2-3-1 dan 4-1-4-1 memungkinkan mereka tampil fleksibel: padat saat bertahan, cair saat menyerang. Rotasi posisi antar lini-terutama antara dua fullback dan gelandang bertahan-menunjukkan betapa sistem sudah dibentuk sejak dini, bukan sekadar andalkan individualitas.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!