Ketika berbicara tentang kejayaan sepak bola Eropa, nama Chelsea Football Club kini berdiri di puncak sebagai klub pertama dalam sejarah yang berhasil memenangkan ketiga trofi utama UEFA, Liga Champions (2012, 2021), Liga Europa (2013, 2019), dan Liga Konferensi (2025).
Pencapaian ini bukan sekadar koleksi trofi yang mengesankan, tetapi sebuah pernyataan kuat tentang dedikasi, ketangguhan, dan kemampuan adaptasi Chelsea dalam menaklukkan berbagai level kompetisi Eropa.
Sebagai penggemar sepak bola, saya melihat momen ini sebagai tonggak bersejarah yang tidak hanya membanggakan pendukung The Blues, tetapi juga mengubah narasi kompetisi klub Eropa secara keseluruhan.
Perjalanan Menuju Sejarah
Chelsea FC, yang didirikan pada 1905, telah lama dikenal sebagai salah satu kekuatan besar di Inggris dan Eropa.
Namun, apa yang membuat mereka benar-benar istimewa adalah kemampuan mereka untuk terus berevolusi di tengah dinamika sepak bola modern.
Perjalanan mereka menuju status pelopor dimulai dengan kemenangan dramatis di Liga Champions 2012, ketika mereka mengalahkan Bayern Munich di final yang mendebarkan di Allianz Arena.
Kemenangan ini, di bawah asuhan Roberto Di Matteo, bukan hanya trofi pertama mereka di kompetisi ini, tetapi juga bukti bahwa Chelsea mampu bersaing dengan raksasa Eropa.
Sembilan tahun kemudian, pada 2021, mereka kembali mengukir sejarah dengan mengalahkan Manchester City di final Liga Champions, menegaskan dominasi mereka di panggung elit.
Tidak berhenti di situ, Chelsea juga menunjukkan keunggulan di Liga Europa, kompetisi yang sering dianggap sebagai “adik kecil” Liga Champions namun tetap menuntut strategi dan konsistensi tingkat tinggi.
Kemenangan mereka pada 2013 melawan Benfica dan pada 2019 melawan Arsenal memperlihatkan bahwa Chelsea tidak hanya mampu bersinar di panggung terbesar, tetapi juga di kompetisi yang membutuhkan kedalaman skuad dan fleksibilitas taktik.