Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain total dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /www/indo/38.181.62.195/wp-includes/functions.php on line 6121
Sejarah Sepakbola : 5 Negara Ini Pernah Terlibat Skandal Besar dalam Gelaran Piala Dunia! – mahjong ways

Sejarah Sepakbola : 5 Negara Ini Pernah Terlibat Skandal Besar dalam Gelaran Piala Dunia!

Sepakbola, olahraga yang dijuluki “the beautiful game,” telah menjadi fenomena global yang menyatukan jutaan orang dari berbagai belahan dunia. Namun, di balik glamor dan euforia Piala Dunia, terdapat kisah-kisah gelap yang melibatkan skandal besar. Beberapa negara ternama pernah terjerat dalam kontroversi yang menggores sejarah sepakbola. Mulai dari korupsi, pengaturan skor, hingga kecurangan dalam proses seleksi tuan rumah, skandal-skandal ini meninggalkan noda yang sulit dihapus. Berikut adalah lima negara yang pernah terlibat skandal besar dalam gelaran Piala Dunia.

1. Italia (1934): Dukungan Mussolini dan Kecurangan di Piala Dunia

Piala Dunia 1934, yang diselenggarakan di Italia, menjadi salah satu edisi paling kontroversial dalam sejarah sepakbola. Saat itu, Benito Mussolini, pemimpin fasis Italia, menggunakan turnamen ini sebagai alat propaganda untuk mempromosikan kekuasaannya. Mussolini dikabarkan memberikan tekanan besar pada federasi sepakbola Italia (FIGC) dan wasit untuk memastikan kemenangan timnas Italia.

Beberapa laporan sejarah menyebutkan bahwa wasit sering kali memihak Italia dalam pertandingan-pertandingan krusial. Misalnya, dalam pertandingan semifinal melawan Austria, wasit asal Swedia, Ivan Eklind, diduga menerima instruksi langsung dari Mussolini untuk memenangkan Italia. Italia akhirnya menjuarai Piala Dunia 1934, tetapi kemenangan ini diwarnai oleh tuduhan kecurangan dan intervensi politik.

2. Argentina (1978): Piala Dunia di Bawah Rezim Militer yang Brutal

Piala Dunia 1978 yang diadakan di Argentina menjadi salah satu turnamen paling politis dalam sejarah. Saat itu, Argentina dipimpin oleh junta militer yang dipimpin oleh Jenderal Jorge Videla. Rezim ini dikenal karena pelanggaran hak asasi manusia yang masif, termasuk penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap ribuan warga Argentina.

Turnamen ini dianggap sebagai upaya junta militer untuk membersihkan citra mereka di mata internasional. Ada dugaan bahwa Argentina memanipulasi hasil pertandingan, terutama dalam babak grup melawan Peru. Argentina membutuhkan kemenangan dengan selisih empat gol untuk melaju ke final, dan mereka berhasil mengalahkan Peru dengan skor 6-0. Banyak spekulasi bahwa pertandingan ini diatur, termasuk tuduhan bahwa Peru sengaja mengalah demi kepentingan politik.

3. Jerman Barat (1982): Skandal “Non-Aggression Pact” dengan Austria

Piala Dunia 1982 di Spanyol menyimpan salah satu skandal paling memalukan dalam sejarah sepakbola, yang melibatkan Jerman Barat dan Austria. Dalam pertandingan babak grup, Jerman Barat dan Austria dihadapkan pada situasi di mana hasil tertentu akan menguntungkan kedua tim. Jerman Barat membutuhkan kemenangan dengan selisih satu atau dua gol untuk melaju ke babak berikutnya, sementara Austria hanya perlu kalah dengan selisih kecil.

Pertandingan ini, yang dikenal sebagai “Disgrace of Gijn,” berakhir dengan kemenangan Jerman Barat 1-0. Namun, kedua tim tampak bermain tanpa semangat kompetitif, seolah-olah mereka telah sepakat untuk tidak mencetak gol lagi setelah Jerman unggul. Skandal ini memicu kemarahan global dan memaksa FIFA untuk mengubah format pertandingan grup di Piala Dunia berikutnya, dengan memastikan bahwa pertandingan terakhir dalam grup dimainkan secara bersamaan.




HALAMAN :

  1. 1
  2. 2


Mohon tunggu…

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya

Beri Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *