Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain total dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /www/indo/38.181.62.195/wp-includes/functions.php on line 6121
Diogo Jota dari Anfield ke Keabadian Sejati – mahjong ways

Diogo Jota dari Anfield ke Keabadian Sejati

Namanya mengharumi Palacios de Sanabria. Tapi keharuman itu terhenti sejenak. Langit Portugal kehilangan salah satu bintangnya. Diogo Jos Teixeira da Silva, alias Diogo Jota berpulang. Lelaki kelahiran Porto itu, yang hidupnya bersinar di lapangan hijau, menemui ajal di balik kemudi sebuah Lamborghini, bersama saudara kandungnya, Andr Filipe. Mereka berdua, darah dan darah, terjebak dalam malam yang tak memberi kesempatan kedua.

Jota, yang lahir pada 4 Desember 1996, tidak sekadar pemain bola. Ia adalah puisi yang hidup di antara garis putih lapangan, tarian yang berdenyut dari sayap kiri, ketajaman yang menggetarkan gawang lawan. Kariernya bermula dari kota kecil Paos de Ferreira, tempat ia membentuk fondasi mimpinya. Atltico Madrid membawanya ke Spanyol, FC Porto memberinya rumah sementara, dan Wolverhampton menjadikannya pahlawan. Tapi di Anfield, Jota menemukan cinta sejatinya.

Karier Jota adalah perjalanan yang tak hanya dilalui dengan sepatu bola dan rumput basah, tetapi juga dengan mimpi yang disulam sejak belia. Ia memulai segalanya di Paos de Ferreira, sebuah klub kecil di mana darah, keringat, dan harapan menjadi teman setia. Di sanalah ia menanam benih yang kelak akan mekar dalam sorotan dunia.

Pada tahun 2016, langkahnya menjangkau langit yang lebih tinggi. Ia menandatangani kontrak dengan raksasa La Liga, Atltico Madrid. Namun takdir menuliskan jalur berliku bagi pemuda ini. Bukan Madrid yang menjadi panggung awalnya, melainkan Porto, kota yang membentuk jiwa dan tekniknya saat ia dipinjamkan ke FC Porto, klub tanah kelahiran, pada tahun yang sama. Setahun berselang, takdir kembali memutar roda dan menempatkannya di Inggris, bersama Wolverhampton Wanderers.

Di Wolves, Jota tidak sekadar bermain. Ia membakar tanah lapangan dengan semangat menyala. Dari kejuaraan divisi dua hingga gemerlap Premier League, ia menjadi jantung tim, mencetak 44 gol dalam 131 penampilan. Namanya menggema, dan pada tahun 2020, Liverpool datang mengetuk. The Reds menebusnya dengan 41 juta pounds, menghadirkan harapan baru di Anfield.

Jurgen Klopp, sang maestro, melihatnya sebagai pelindung ketiga serangkai: Salah, Mane, Firminho. Seorang seniman yang lentur, fleksibel, dan menyala dengan api perjuangan.

Selama lima musim bersama Liverpool, ia tak pernah setengah hati. Ia menari di bawah sorotan lampu stadion, lalu menorehkan 65 gol dari 182 penampilan. Bersamanya, Si Merah mengangkat trofi Liga Utama Inggris, Piala FA, dan Piala EFL. Gelar demi gelar, semua adalah persembahan bagi klub, bagi kota, dan bagi para penggemar yang mencintainya tanpa syarat.

Tapi Jota bukan hanya milik klub; ia milik bangsa. Ia mengawali kiprahnya di tim nasional Portugal sejak usia belia, memperkuat skuad U-19, U-21, hingga U-23. November 2019 menjadi babak baru ketika ia mengenakan seragam senior negaranya untuk pertama kali. Ia menjadi bagian dari sejarah Euro 2020 dan 2024, serta mempersembahkan mahkota Liga Negara UEFA dua kali, pada 2019 dan 2025. Dalam warna merah dan hijau, ia bukan hanya seorang penyerang; ia adalah simbol dari generasi yang tak pernah tunduk pada ketidakmungkinan.

Tapi takdir, seperti umpan silang yang gagal dibaca penjaga gawang, terkadang kejam dan tiba-tiba. Pada 3 Juli 2025 pukul 00.40 CEST, roda nasib berputar terbalik. Lamborghini yang ia kendarai meluncur di jalan tol A-52, hingga ban meletus saat menyalip. Dentuman, nyala api, dan hening setelahnya. Jota dan Andr tak sempat mengucap selamat tinggal. Hanya langit yang menjadi saksi, dan jalan sunyi yang kini menyimpan kenangan.

Diogo Jota meninggalkan dunia di usia 28 tahun. Sebuah usia di mana sebagian masih bermimpi, tetapi ia telah memberi dunia legenda. Perdana Menteri Portugal, Luis Montenegro, menyebut kepergiannya sebagai luka bagi seluruh bangsa, “Seorang atlet yang mengharumkan nama Portugal… Kini telah tiada. Hari ini adalah hari berkabung bagi sepak bola, bagi kami semua yang mencintai semangatnya.” (*)




HALAMAN :

  1. 1
  2. 2


Mohon tunggu…

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya

Beri Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *