Pemberian jam tangan merk Rolex pada pemain timnas sepakbola yang sedang berjuang untuk menapaki tangga menuju Piala Dunia 2026, ternyata berbuntut panjang. Ada yang mempertanyakan asal-usul dananya, ada atlet cabor lain yang cemburu, dan ada yang menuding itu sogokan untuk pemilu 2029.
Di jagat maya ramai orang membicarakan, mengomentari, bahkan nyinyir atas pemberian jam tangan merk Rolex oleh Presiden Prabowo pada punggawa timnas merah putih. Apalagi setelah kekalahan menyakitkan dari pasukan Samurai Biru, makin ramai sindiran soal hadiah jam itu.
Lalu, apa yang salah dari pemberian jam tangan itu? Jawabannya bisa beragam, tergantung di posisi mana kita berdiri. Bagi atlet dari cabang olahraga lain, tentu itu menimbulkan kecemburuan. Bagi yang tak suka sepakbola, tindakan itu bisa dianggap berlebihan menilik harga satuan jam tangan itu ditaksir dengan harga kisaran Rp 190 juta hingga Rp 250 juta. Dan itu mungkin dianggap tak layak diberikan, mengingat timnas sepakbola Indonesia dinilai masih minim prestasi. Bagi pengkritik, itu dianggap sebagai upaya Presiden Prabowo untuk mencari dukungan bila kelak ia mencalonkan lagi sebagai presiden pada pemilu 2029. Dan tentu akan berbeda sikapnya dengan para pencinta timnas sepakbola, atau bahkan sikap perlawanan akan ditunjukkan oleh para penggila bola tanah air.
“Jangan ganggu timnas kami!” Poin ini sebaiknya dipahami dan jangan sampai dilupakan oleh semua orang, kalau hidupnya mau nyaman. Tak peduli siapa pun, kalau nyenggol timnas sepakbola, dipastikan akan dilawan oleh penggila bola Indonesia. Penggila bola di Indonesia merupakan entitas berbeda dengan yang lain, bukan sekadar pendukung atau suporter. Ya seharusnya sudah bisa dipahami melalui sebutan itu, artinya di dalam diri mereka memang ada “gila-gilanya” sedikit, melebihi kadar kewajaran pada umumnya dalam mencintai sepakbola.
Bagi para penggila bola, orang silahkan menghina, mengganggu, atau mengusik pejabat, pemerintah, atau siapa pun, tapi jangan sekali-sekali nyenggol sepakbola atau timnas merah putih, pasti penggila bola akan bereaksi. Ini bukan sekadar peringatan biasa. Sikap perlawanan ini sudah mendarah-daging, tak bisa ditawar. Dan, banyak orang lalu menduga, apa yang menimpa pesohor Ernest Prakasa yang menutup akun X-nya besar kemungkinannya bermula dari upayanya yang mempertanyakan sumber dana pembelian jam tangan yang dibagikan pada pemain timnas usai mereka mengalahkan Cina.
Sebenarnya tak ada salahnya mempertanyakan asal-usul pendanaan itu. Toh itu adalah hak setiap orang untuk mengetahuinya. Namun, celakanya adalah si penerima jam tangan itu adalah punggawa timnas merah putih yang teramat sangat dicintai oleh para penggila bola. Tindakan mempertanyakan asal-usul sumber dana itu bisa dianggap telah mengusik kelayakan penerimanya. Dan, perlawanan tentu saja dilakukan untuk melindungi harga diri para pemain yang kini sedang berjuang untuk lolos ke piala dunia. Dan itu akan dianggap dapat mengganggu konsentrasi para pemain.
Tak hanya itu, sorotan juga ditujukan pada Lindswell Kwok, pendulang medali cabang olahraga Wushu, yang mempertanyakan keadilan dalam fasilitasi atlet oleh pemerintah. Sebenarnya bisa jadi tak ada yang salah dengan sikap itu, protes atas sikap kurang perhatian pemerintah, bahkan juga pemotongan anggaran pada cabang olahraga lain, memang itu fakta yang bukan lagi rahasia. Tapi bagi para penggila bola, boleh saja atlet cabang lain protes atau mengkritik pemerintah, tapi jangan senggol atau jangan gunakan sepakbola atau timnas merah putih sebagai pantulan isunya.
Para penggila bola memiliki kebenaran tersendiri, memiliki sudut pandang berbeda dari sebuah sikap atau tindakan pihak lain. Dan perlawanan keras akan ditunjukkan tanpa tedeng aling-aling. Kita masih ingat bagaimana nasib wasit Al Kaf asal Oman yang dinilai mencurangi timnas, bagaimana peta Bahrain di Google Map diganti oleh para penggila bola yang meluapkan kemarahannya, dan masih banyak lagi aksi “gila” dari penggila bola yang terkadang sangat mengerikan dampaknya.
Sepakbola Bukan Sekadar Olahraga
Di tengah krisis yang melingkupi berbagai sektor kehidupan, sepakbola dianggap menjadi satu-satunya harapan yang bisa menjadi kebanggaan masyarakat bola tanah air. Orang boleh saja tidak suka dengan sepakbola, tapi ketidaksukaan itu jangan sampai menyenggol penggila bola. Cukup disimpan saja dalam hati atau kepala, agar tidak menjadi masalah dikemudian hari.
Suporter, pecinta, pendukung, hingga penggila bola di Indonesia sangat berbeda dengan di negara-negara lain. Banyak bukti untuk menggambarkan kekhasannya, terkhusus terkait dengan timnas sepakbola Indonesia. Stadion mana pun di Indonesia tempat berlaga timnas akan selalu dipenuhi saat mereka berlaga. Termasuk juga di negara mana pun timnas Indonesia bertanding, suporter merah putih akan meramaikannya. Pemandangan seperti ini tak dimiliki oleh tim nasional negara lain. Oleh karenanya, kita patut berbangga akan kecintaan bangsa Indonesia, khususnya penggila bola.