Semarang – Kegiatan Jambore Penggalang Cabang X SD/MI, SMP/MTs Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kota Semarang Tahun 2025 yang digelar pada 21–23 Juni 2025 di Bumi Perkemahan Harda Walika menghadirkan berbagai zona ketangkasan. Salah satu yang menjadi sorotan adalah lempar pisau, sebuah aktivitas yang memadukan keterampilan, ketangkasan, dan pengendalian diri. Peserta jambore pun antusias mengikuti kegiatan yang dipandu oleh instruktur berpengalaman, Kak Noorochmat Isdaryanto, S.S., M.Si.
Menurut Kak Noorochmat, olahraga lempar pisau merupakan bagian dari pengembangan karakter dalam kepramukaan yang bersifat holistik. “Kegiatan ini mengasah SESOSIF, yaitu spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik. Lempar pisau bukan sekadar permainan, tapi juga bagian dari pendidikan karakter yang menantang dan mendidik,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa lempar pisau kini sudah diakui sebagai cabang olahraga rekreasi resmi KORMI dan menjadi bagian dari Persatuan Olahraga Lempar Pisau dan Kapak (PORLEMPIKA) di bawah KONI.
Kegiatan ini dilakukan dengan teknik tertentu, yakni teknik memutar (spin), setengah memutar (halfspin), dan tidak memutar (nospin). Etika lempar pisau juga diterapkan dengan ketat, mulai dari doa awal, pemanasan, pemeriksaan alat dan sasaran, memastikan area aman, hingga evaluasi dan doa penutup.
Berbagai peserta mengaku mendapatkan pengalaman baru dari kegiatan ini. Muhammad Fadli, anggota kontingen Semarang Timur dari MI Pancakarya, mengaku baru pertama kali mencoba lempar pisau. “Seru dan senang ketika berhasil menancapkan pisau ke papan sesuai target. Semoga olahraga ini bisa ada di sekolah kami,” kata Fadli penuh harap.
Nanda Damar Riyan dari MTs Fatahilah Ngaliyan juga menyatakan kegembiraannya. “Senang sekali, karena menambah ilmu baru. Ini bermanfaat kalau sedang berkegiatan di alam, misalnya untuk menjaga diri dari hewan buas,” ucapnya.
Dari kalangan pembina, Safira dari UIN Walisongo mengungkapkan bahwa kegiatan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga menantang. “Ternyata sulit, tapi seru sekali dan bikin ketagihan ingin mencoba terus-menerus. Manfaatnya banyak, seperti melatih fokus, kekuatan otot lengan, dan persiapan survival di alam,” ujarnya. Ia berharap lempar pisau bisa dikenalkan lebih luas dengan alat yang lebih aman untuk anak-anak.
Peserta lain, Zia dan Nindi dari MI Negeri Kota Semarang, merasa tertantang saat mencoba. “Aku kira gampang, ternyata susah, tapi seru banget. Aku jadi belajar fokus, tenang, dan sabar menunggu giliran, seperti hidup rukun dan adil,” katanya.
Kegiatan lempar pisau pada Jambore Penggalang ini bukan hanya menjadi ajang uji keterampilan, tetapi juga diharapkan dapat memperkenalkan olahraga ini ke masyarakat lebih luas. Kak Noorochmat berharap kegiatan seperti ini semakin banyak diminati dan dikembangkan, tentunya dengan memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan bagi setiap peserta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI