Isu pembubaran Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) kembali menjadi sorotan hangat. Banyak pihak mempertanyakan efektivitas lembaga ini dalam membina atlet dan mengelola dana olahraga secara transparan. Di tengah desakan reformasi tata kelola olahraga nasional, wacana ini seolah menjadi jalan pintas untuk memperbaiki sistem yang dianggap sudah usang.
Bagi pendukung pembubaran, KONI dinilai terlalu birokratis, lambat beradaptasi, dan kurang akuntabel dalam penggunaan anggaran. Mereka percaya bahwa dengan membubarkan KONI dan memperkuat lembaga baru seperti Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), pembinaan atlet bisa lebih terarah dan profesional.
Namun, kritik terhadap wacana ini juga tak kalah kuat. KONI memiliki struktur hingga ke tingkat provinsi dan kabupaten/kota, yang menjadi ujung tombak pembinaan atlet muda. Jika dibubarkan secara tergesa-gesa tanpa alternatif yang matang, justru akan timbul kekosongan dan ketidakpastian dalam sistem pembinaan olahraga di daerah.
Solusi terbaik bukan sekadar membubarkan, tetapi mereformasi. Transparansi anggaran, efisiensi program, serta pembagian tugas yang jelas antara KONI, Kemenpora, dan KOI perlu diperbaiki. Olahraga Indonesia tak butuh polemik kelembagaan, tapi kepastian arah pembinaan dan dukungan nyata bagi para atlet
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI