Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain total dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /www/ts20250703/38.181.62.195/wp-includes/functions.php on line 6121
Akhirnya, Format Sepak Bola Putri Dikemukakan PSSI, Namun Tanpa Kepastian Liga Utama – mahjong ways

Akhirnya, Format Sepak Bola Putri Dikemukakan PSSI, Namun Tanpa Kepastian Liga Utama

Janji Bergulirnya Kompetisi

Setelah berbagai tekanan dari publik, federasi sepak bola Indonesia (PSSI) akhirnya merespons desakan tersebut. Ketua Umum Erick Thohir memastikan bahwa kompetisi profesional sepak bola putri akan digelar pada tahun 2026 dengan format pra-musim, melibatkan setidaknya empat klub Liga Indonesia, dan kemungkinan kehadiran pemain asing.

“Saya sudah memutuskan, karena saya bilang 2027 saya coba trial yang namanya Liga Putri saya sampaikan, tetapi di 2026 saya akan tulis ke I-League untuk mulai coba pre-season, empat klub dulu,” ujar Erick Thohir di sela menghadiri babak semifinal Piala Pertiwi All Stars di Supersoccer Arena, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu. (12/7)

Asa yang Tertunda Sejak 2019

Kepastian hadirnya kompetisi profesional sepak bola putri menjadi angin segar bagi penggiat sepak bola tanah air. Pasalnya, sepak bola putri profesional di Indonesia telah mati suri sejak terakhir kali Liga 1 Putri digelar pada 2019.

Namun di tengah kabar baik yang diwacanakan oleh federasi, publik mesti jernih dalam melihat bahwa langkah ini tampaknya merupakan kebijakan tambal sulam, sebuah cara demi meredakan gejolak sementara, tidak menjajaki pondasi utama pengembangan sepak bola putri secara menyeluruh serta berkelanjutan.

Empat Klub dan Minimnya Kepastian 

Tidak adanya kepastian soal keberlangsungan liga utama, minimnya kepastian partisipasi klub (hanya empat yang dipastikan), serta rencana melibatkan pemain asing yang justru memperlihatkan bahwa arah kebijakan ini belum berpihak pada kebutuhan dasar sepak bola putri di Indonesia. Bagaimana mungkin pembinaan dapat berjalan baik jika kompetisi utama saja belum jelas bentuk dan waktunya? hanya sebuah wacana yang kembali dimundurkan setiap tahunnya?

Anggota Exco-PSSI Vivin Cahyani (Sumber: Foto: Antika Fahira/kumparan)
Anggota Exco-PSSI Vivin Cahyani (Sumber: Foto: Antika Fahira/kumparan)

“Talent pool harusnya (aman) ya kalau dimulai dari 4 dulu, kita mulai dari yang kecil dulu. Kalau kita langsung bicara 18 tim, 16 tim mungkin akan jadi problem. Kalau mulai dari 4, saya pikir tidak ada masalah,” jelas Vivin Cahyani, anggota Exco PSSI. usai LoTG Workshop di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (16/7).

Padahal, Statuta PSSI sudah dengan jelas mencantumkan pasal-pasal yang mewajibkan adanya kompetisi sepak bola putri. Sayangnya, implementasi regulasi tersebut nihil dan tidak berkelanjutan. Format pra-musim semestinya menjadi jembatan menuju liga yang utuh, bukan hanya seremoni yang hadir lalu menghilang.Federasi terlalu sering datang bak pahlawan kesiangan. Setiap kali tekanan publik memuncak, mereka muncul membawa solusi instan yang tampak manis di permukaan, namun minim visi jangka panjang. Kepemimpinan yang semestinya hadir untuk membangun pondasi justru sibuk menjawab tuntutan sesaat.

Sorotan dan Kebijakan Instan




HALAMAN :

  1. 1
  2. 2


Mohon tunggu…

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya

Beri Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *