Janji Bergulirnya Kompetisi
Setelah berbagai tekanan dari publik, federasi sepak bola Indonesia (PSSI) akhirnya merespons desakan tersebut. Ketua Umum Erick Thohir memastikan bahwa kompetisi profesional sepak bola putri akan digelar pada tahun 2026 dengan format pra-musim, melibatkan setidaknya empat klub Liga Indonesia, dan kemungkinan kehadiran pemain asing.
“Saya sudah memutuskan, karena saya bilang 2027 saya coba trial yang namanya Liga Putri saya sampaikan, tetapi di 2026 saya akan tulis ke I-League untuk mulai coba pre-season, empat klub dulu,” ujar Erick Thohir di sela menghadiri babak semifinal Piala Pertiwi All Stars di Supersoccer Arena, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu. (12/7)
Asa yang Tertunda Sejak 2019
Kepastian hadirnya kompetisi profesional sepak bola putri menjadi angin segar bagi penggiat sepak bola tanah air. Pasalnya, sepak bola putri profesional di Indonesia telah mati suri sejak terakhir kali Liga 1 Putri digelar pada 2019.
Namun di tengah kabar baik yang diwacanakan oleh federasi, publik mesti jernih dalam melihat bahwa langkah ini tampaknya merupakan kebijakan tambal sulam, sebuah cara demi meredakan gejolak sementara, tidak menjajaki pondasi utama pengembangan sepak bola putri secara menyeluruh serta berkelanjutan.
Empat Klub dan Minimnya Kepastian
Tidak adanya kepastian soal keberlangsungan liga utama, minimnya kepastian partisipasi klub (hanya empat yang dipastikan), serta rencana melibatkan pemain asing yang justru memperlihatkan bahwa arah kebijakan ini belum berpihak pada kebutuhan dasar sepak bola putri di Indonesia. Bagaimana mungkin pembinaan dapat berjalan baik jika kompetisi utama saja belum jelas bentuk dan waktunya? hanya sebuah wacana yang kembali dimundurkan setiap tahunnya?

“Talent pool harusnya (aman) ya kalau dimulai dari 4 dulu, kita mulai dari yang kecil dulu. Kalau kita langsung bicara 18 tim, 16 tim mungkin akan jadi problem. Kalau mulai dari 4, saya pikir tidak ada masalah,” jelas Vivin Cahyani, anggota Exco PSSI. usai LoTG Workshop di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (16/7).
Padahal, Statuta PSSI sudah dengan jelas mencantumkan pasal-pasal yang mewajibkan adanya kompetisi sepak bola putri. Sayangnya, implementasi regulasi tersebut nihil dan tidak berkelanjutan. Format pra-musim semestinya menjadi jembatan menuju liga yang utuh, bukan hanya seremoni yang hadir lalu menghilang.Federasi terlalu sering datang bak pahlawan kesiangan. Setiap kali tekanan publik memuncak, mereka muncul membawa solusi instan yang tampak manis di permukaan, namun minim visi jangka panjang. Kepemimpinan yang semestinya hadir untuk membangun pondasi justru sibuk menjawab tuntutan sesaat.
Sorotan dan Kebijakan Instan