Anthony adalah seorang winger yang dibeli Manchester United dengan harga selangit sebesar 100 juta, mengalami perjalanan karier yang penuh liku-liku. Dikenal sebagai bintang muda Brasil yang menjanjikan, perjalanan Anthony di Old Trafford justru dipenuhi dengan kekecewaan dan kritik. Namun, setelah pindah ke Real Betis, ia menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang mengesankan.
Sebelum kita masuk ke masa- masanya di Manchester United, mari kite membahas situasinya saat masih di Ajax. Anthony menghabiskan waktu yang sangat sukses di Ajax. Bergabung dengan klub Belanda pada tahun 2020, ia segera menunjukkan bakatnya yang luar biasa. Dalam dua musim di Ajax, Anthony mencatatkan statistik yang mengesankan. Pada musim 2020-2021, dia memiliki 46 penampilan, dengan 10 gol dan 12 assist. Di musim 2021-2022, dia memiliki 33 penampilan dengan 12 gol dan 10 assist. Performa ini dibanggakan oleh Ajax dengan memberikannya harga yang sangat tinggi.
Di bawah asuhan Erik ten Hag, Anthony berkembang menjadi salah satu winger paling menjanjikan di Eropa. Ia dikenal dengan kecepatan, dribbling yang lincah, dan kemampuan mencetak gol yang konsisten. Penampilannya di Liga Champions juga mengesankan, termasuk gol spektakuler melawan Borussia Dortmund yang membuatnya menjadi sorotan.
Setelah bergabung dengan Manchester United, Anthony langsung mencuri perhatian dengan penampilan gemilangnya. Dalam tiga pertandingan pertamanya, ia berhasil mencetak tiga gol, termasuk gol debut yang menakjubkan melawan Arsenal. Fans mulai berharap bahwa mereka telah menemukan bintang baru yang akan mengubah nasib tim. Dengan harga setinggi 100 juta, tentunya seluruh fans klub berharap bahwa dia akan menjadi pemain yang dapat mencetak gol dengan konsisten.
Namun, setelah beberapa pertandingan, performa Anthony mulai menurun drastis. Ia menjadi mudah terbaca oleh lawan, dan kontribusinya di lapangan semakin minim. Momen paling diingat adalah ketika ia melakukan spin 360 derajat yang terkenal melawan Sheriff Tiraspol, hanya untuk mengirimkan bola keluar lapangan. Kritikan pun mengalir deras, baik dari penggemar maupun pundit sepak bola.

Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada penurunan performa Anthony adalah masalah struktur permainan Manchester United di bawah manajer Erik ten Hag. Tim sering kali terlihat tidak terorganisir, dengan kurangnya rencana permainan yang jelas. Anthony, yang dikenal dengan kemampuan dribbling dan kecepatan, tidak mendapatkan dukungan yang memadai dari rekan-rekannya.
Sering kali, ketika United melakukan serangan balik, Anthony menjadi titik fokus, tetapi tanpa dukungan yang tepat, ia terpaksa berusaha sendiri. Gaya bermain yang terlalu bergantung pada individu membuatnya kesulitan untuk beradaptasi. Selain itu, strategi yang tidak konsisten dan perubahan formasi yang sering membuatnya bingung tentang perannya di lapangan.
Di akhir musim pertamanya, Anthony mencatatkan 47 penampilan dengan hanya 8 gol dan 2 assist. Angka-angka ini sangat mengecewakan untuk seorang winger yang dibeli dengan harga tinggi. Musim keduanya tidak jauh lebih baik, dengan cedera yang mengganggu dan performa yang terus menurun. Pada Februari, ia bahkan mengalami 22 pertandingan berturut-turut tanpa mencetak gol atau assist, yang menunjukkan betapa sulitnya ia beradaptasi dengan tim.
Anthony mengalami beberapa momen memalukan, termasuk melewatkan peluang emas dan mendapatkan kartu merah dalam pertandingan derby melawan Manchester City. Akhirnya, ia terpaksa dipinjamkan ke Real Betis setelah tidak lagi menjadi pilihan utama di tim.