Menuju pekan-pekan krusial musim 2024-2025, Liverpool tampak mulai mengalami penurunan performa. Setelah secara beruntun tersingkir di Liga Champions dan kalah di final Carabao Cup, penurunan level performa mereka juga mulai merembet ke Liga Inggris.
Setelah mengawali bulan April 2025 dengan kemenangan 1-0 atas Everton di Derby Merseyside, Mohamed Salah dkk dipaksa takluk 2-3 saat bertandang ke markas Fulham, Minggu (6/4). Meski sempat mencetak gol duluan lewat Alexis MacAllister, performa ceroboh tim saat bertahan membuat tuan rumah sukses mengamankan poin penuh.
Dalam posisinya sebagai pemuncak klasemen sementara Liga Inggris (73 poin) , ini jelas bukan hasil yang diharapkan, karena ada kesempatan memperlebar jarak poin dengan Arsenal di posisi kedua.
Seperti diketahui, laju Tim Meriam London agak tersendat, setelah ditahan imbang Everton 1-1.
Beruntung, gap poin kedua tim masih cukup lebar, karena Arsenal mempunyai 62 poin. Tim asuhan Mikel Arteta ini juga berada dalam situasi cukup sulit, karena harus berbagi fokus, dengan dua leg babak perempatfinal Liga Champions melawan juara bertahan Real Madrid (Spanyol).
Ditambah masalah cedera pemain dan performa yang agak naik-turun, Bukayo Saka dkk mungkin bukan lawan semenakutkan Manchester City-nya Pep Guardiola, yang pada performa terbaik bak tanpa celah.
Tapi, kemenangan susah payah di Derby Merseyside dan kekalahan dari Fulham menunjukkan, ada satu tekanan, dalam hal ini rasa grogi, yang mulai terlihat. Tekanan ini makin terasa, karena ada masalah cedera pemain, yang muncul di sektor pertahanan.
Di pos kiper, Alisson mengalami gegar otak saat membela Timnas Brasil dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona CONMEBOL. Di pos bek kanan, Trent Alexander-Arnold dan Connor Bradley mengalami cedera otot.
Akibatnya, Curtis Jones digeser menjadi bek kanan darurat. Strategi tambal sulam ini menjadikan sisi sayap pertahanan tim rapuh, karena performa Andy Robertson di pos bek kiri juga cenderung menurun.
Di laga kandang, Si Merah memang punya rasa percaya diri lebih baik, tapi di laga tandang, rasa grogi itu mulai terasa. Tim yang biasanya kalem dan teliti, bisa terlihat grogi dan ceroboh.
Meski mengawali musim dengan target finis di empat besar, performa yang ditampilkan, plus kesempatan juara yang muncul, pada akhirnya malah menciptakan tekanan, pada tim yang secara materi tidak terlihat cukup kuat menjadi pesaing juara.