Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain total dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /www/wwwroot/38.181.62.195/wp-includes/functions.php on line 6121
Luis Enrique: Arsitek di Balik Mahkota Liga Champions Perdana PSG! – mahjong ways

Luis Enrique: Arsitek di Balik Mahkota Liga Champions Perdana PSG!

Minggu dini hari, 1 Juni 2025, menjadi tanggal yang tak akan terlupakan bagi Paris Saint-Germain. Di Allianz Arena, Jerman, sebuah sejarah baru terukir. Bukan hanya sekadar kemenangan, namun dominasi mutlak yang membawa mereka meraih gelar Liga Champions pertama, menggilas Inter Milan dengan skor telak 5-0. 

Ini bukan sekadar gelar, ini adalah penanda era baru, kemenangan terbesar dalam sejarah final kompetisi paling bergengsi di Eropa sejak pertama kali digulirkan pada 1956.

Kemenangan ini terasa begitu manis, apalagi setelah satu dekade lebih ambisi PSG di kancah Eropa selalu kandas. Klub yang pernah berinvestasi besar pada megabintang seperti Lionel Messi, Neymar, Zlatan Ibrahimovic, hingga Kylian Mbappe, akhirnya menemukan ramuan juara justru dengan cara yang berbeda. 

Paradigma mereka bergeser. Bukan lagi kumpulan galactico yang didatangkan dengan harga fantastis, melainkan fokus pada pemain muda dan regenerasi dari akademi yang diterapkan dalam dua tahun terakhir.

Di bawah komando Luis Enrique, yang dikenal sebagai arsitek sukses Barcelona di Liga Champions 2015, Les Parisien berhasil mewujudkan mimpi yang telah lama terpendam. 

Enrique, menurut Achraf Hakimi, adalah sosok kunci yang “mengubah segalanya di PSG,” mengubah cara pandang terhadap sepak bola di klub itu dan membangun “keluarga yang hebat.” 

Kata-kata ini bukan sekadar pujian, melainkan pengakuan atas visi dan kepemimpinan yang berhasil menyatukan tim.

Laga final sendiri diwarnai oleh performa individu yang luar biasa. Achraf Hakimi membuka keran gol di menit ke-12, sebuah gol yang terasa pahit manis karena ia membobol gawang mantan klubnya, Inter Milan. 

Setelah itu, panggung menjadi milik Desire Doue. Remaja 19 tahun ini mencetak dua gol krusial, menjadikannya remaja pertama yang mencetak dua gol di final Liga Champions sejak legenda Benfica, Eusebio, pada tahun 1962. 

Sebuah pencapaian yang mencengangkan, bahkan bagi Doue sendiri yang mengaku “tidak bisa berkata apa-apa” atas raihannya. Gol-gol pelengkap dari Khvicha Kvaratskhelia dan Senny Mayulu yang masuk dari bangku cadangan semakin menegaskan dominasi PSG.




HALAMAN :

  1. 1
  2. 2


Mohon tunggu…

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya

Beri Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *